Masyarakat Betawi memiliki tradisi khusus untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Tradisinya berupa memotong daging kerbau yang disebut andilan. Ini sejarahnya.
Hari raya Idul Fitri merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim. Karenanya, hari raya tersebut selalu disambut dengan berbagai tradisi dan acara.
Di Indonesia, setiap daerah-daerahnya memiliki tradisi tersendiri untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Seperti di tanah Betawi misalnya yang memiliki tradisi andilan. Tradisi ini dilakukan dengan memotong satu kerbau utuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sayangnya tradisi andilan kini semakin luntur bahkan hampir langka. Padahal tradisi andilan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Betawi.
1. Warisan Nenek Moyang
![]() |
Dikutip dari LPPM IPB University, tradisi andilan telah diwariskan oleh nenek moyang sejak ratusan tahun lalu. Tradisi andilan ini dilakukan secara turun temurun.
Seperti yang telah disebutkan bahwa andilan adalah tradisi memotong satu kerbau atau kerbau utuh. Kerbau tersebut biasanya dibeli sebulan menjelang puasa dengan uang andilan atau patungan.
Ya, arti kata 'andilan' adalah patungan. Uang patungan atau andilan tersebut didapat dari iuran bulanan atau mingguan yang dilakukan saat pengajian atau pertemuan.
Maksud dari tradisi ini adalah semua masyarakat di sebuah kampung akan patungan uang untuk membeli kerbau yang nantinya akan disembelih menjelang hari raya Idul Fitri.
Baca Juga : Tradisi Makan Ketupat saat Lebaran Sudah Dimulai Sejak Abad 15
2. Dipelihara hingga Badannya Gemuk
![]() |
Setelah dibeli, kerbau harus dipelihara dengan baik hingga badannya gemuk dan sehat. Kerbau tersebut dipelihara oleh tukang piara.
Nah, nantinya tukang piara ini mendapat bagian khusus saat proses sembelih. Misalnya kulit atau kepala kerbau. Biasanya kerbau tersebut disembelih dua hari sebelum lebaran.
Kemudian daging kerbau tersebut dibagikan kepada masyarakat sekitar untuk dimasak dan dijadikan hidangan lebaran. Biasanya daging tersebut diolah menjadi semur atau pindang.
Baca Juga : Sebelum COVID-19, Ini Kemeriahan Tradisi Lebaran Ketupat di Lombok