Sebelum COVID-19, Ini Kemeriahan Tradisi Lebaran Ketupat di Lombok

Lebarang di Rumah Aja

Sebelum COVID-19, Ini Kemeriahan Tradisi Lebaran Ketupat di Lombok

Riska Fitria - detikFood
Kamis, 21 Mei 2020 05:00 WIB
Sebelum COVID-19, Ini Kemeriahan Tradisi Lebaran Ketupat di Lombok
Jakarta -

Masyarakat Muslim di Lombok punya tradisi unik saat merayakan lebaran. Tradisi tersebut adalah Lebaran Ketupat yang juga dimeriahkan umat Hindu.

'Toleransi', itulah kata yang dapat mendeskripsikan tradisi lebaran ketupat yang dilakukan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tradisi makan bersama itu disebut unik karena melewati beberapa prosesi sakral.

Mulai dari nyangkar, mengunjungi makam, makan ketupat hingga perang topat. Setiap proses tersebut memiliki makna tersendiri untuk nilai kehidupan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi lebaran ketupat di Lombok ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun asing. Sayangnya, kini tradisi tersebut tidak bisa dilakukan sementara karena pandemi COVID-19.

Untuk mengenang kemeriahan tradisi lebaran ketupat, yuk intip keseruan prosesi demi prosesinya.

Diawali dengan Tradisi Nyangkar

- Foto: Istimewa
Tradisi lebaran ketupat yang ada di Lombok, NTB ini terbilang unik. Itu karena dalam tradisinya melewati beberapa proses. Pertama ada tradisi nyangkar atau yang memiliki arti 'arak-arakan'.

Jadi ketupat-ketupat yang sudah disiapkan akan dibawa menggunakan cidomo. Cidomo merupakan alat transportasi tradisional berupa kereta kuda. Cidomo berisi ketupat tersebut kemudian diarak oleh masyarakat Lombok.

Tradisi nyangkar ini sudah ada sejak zaman nenek moyang suku Sasak di Lombok. Dalam perjalanan arak-arakan sambil diiringi dengan sholawat Nabi. Cidomo berisi ketupat tersebut diarak menuju pemakaman.

Mengunjungi Makam

- Foto: Istimewa
Setelah diarak, kemudian masyarakat Lombok dengan ketupat-ketupat yang sudah Bintaro itu menuju ke makam Loang Baloq dan Bintaro. Makam Loang Baloq terletak di Pantai Tanjung Karang.

Sementara makam Bintaro berada di kawasan pantai Bintaro. Di makam tersebut, masyarakat dengan dipimpin kedua adat memanjatkan doa saat berziarah makam. Setelah berdoa dan berzikir, proses dilakukan dengan menaburi bunga.

Kemudian, proses berlanjut dengan memotong ketupat untuk dimakan bersama di sekitar area makam. Biasanya akan menyisakan ketupat untuk melakukan prosesi tradisi selanjutnya.

Ritual Perang Topat

- Foto: Istimewa
Tradisi selanjutnya adalah melakukan perang topat. Setelah selesai makan ketupat bersama, beberapa pria akan mengambil ancang-ancang untuk melakukan perang topat. Perang topat atau perang ketupat dilakukan dengan saling melempar ketupat.

Makna 'perang' di sini bukan merupakan perang yang sesungguhnya. Justru sebagai tradisi untuk memeriahkan tradisi lebaran ketupat. Uniknya lagi tradisi perang topat ini dilakukan dengan melibatkan dua agama yang berbeda.

Jadi antara umat Muslim dan Hindu kompak untuk ikut serta dalam tradisi perang topat. Meski berbeda keyakinan, tetapi mereka tetap hidup rukun dan kompak. Apalagi dengan adanya tradisi ini yang dapat mempererat tali persaudaraan.

Jadi Daya Tarik untuk Wisatawan

- Foto: Istimewa
Kemeriahan saat melakukan tradisi lebaran ketupat ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat lokal saja, tetapi juga wisatawan. Apalagi pada proses perang topat yang menjadi daya tarik tersendiri.

Meskipun dilakukan saat hari lebaran, tetapi para wisatawan dari luar negeri berlomba-lomba untuk menghadiri acara tersebut. Maka tak heran menjelang lebaran, jumlah wisatawan lokal maupun asing melonjak tinggi.

Banyak wisatawan yang tertarik dan tak mau melewatkan momen ini. Pasalnya tradisi lebaran ketupat seperti ini hanya dilakukan di Lombok saja. Namun, kini tradisi ini tidak diselenggarakan untuk sementara waktu karena pandemi COVID-19.

Makna Tradisi Lebaran Topat

- Foto: Istimewa
Setiap prosesi dari tradisi lebaran ketupat ini tentunya memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Lombok. Apalagi tradisi lebaran ketupat ini sudah berlangsung secara turun temurun, sehingga memiliki nilai kehidupan.

Pertama tradisi ini kental dengan agama, mengingat prosesi demi prosesi dilakukan sambil memanjatkan doa dan berzikir. Selain itu, jika ada sisi sosialnya. Hal tersebut terlihat dari dua agama berbeda yang terlibat dalam tradisi.

Itu menandakan bahwa masyarakat Lombok hidup saling toleransi, rukun dan damai. Tradisi lebaran ketupat ini juga sebagai momen saling berbagi antar sesama.

Baca Juga : Tradisi Makan Bersama di 5 Daerah Saat Lebaran

Halaman 2 dari 6
(sob/odi)

Hide Ads