Setelah setahun pandemi Covid-19 melanda dunia, kehadiran vaksin seperti angin segar. Tapi perlu diingat vaksin tidak menjamin 100% seseorang kebal virus Corona, termasuk saat makan di restoran.
Setelah setahun lamanya dunia terasa seperti dikurung oleh pandemi Covid-19, vaksin akhirnya tersedia dan seperti angin segar untuk masyarakat dunia. Vaksin dikatakan akan ampuh untuk memberikan perlindungan tambahan terutama pada lansia saat pandemi.
Tak hanya lansia, semua orang yang telah menerima vaksin juga seperti diberikan harapan yang lebih besar untuk mulai beraktivitas seperti biasanya. Nyatanya, vaksin tidak membuat tubuh menjadi kebal dari virus melainkan hanya memberikan perlindungan tambahan agar gejala yang disebabkan tak parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun telah menerima vaksin secara lengkap beberapa hal juga masih perlu diwaspadai. Terutama pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ruang umum dan banyak orang dalam suatu ruangan termasuk makan di restoran.
![]() |
Dilansir melalui Vox (30/4), National Restaurant Association melaporkan bahwa penurunan penjualan pada restoran bahkan mencapai lebih dari Rp346 Triliun pada saat pandemi. Bahkan lebih dari 110.000 restoran dilaporkan menutup gerainya karena kerugian yang tak bisa diatasi.
Organisasi ini juga mengestimasikan bahwa ada sekitar 8 juta pegawai restoran yang diberhentikan. Selain karena masalah finansial, terlalu banyak pekerja pada restoran juga akan mengancam risiko kesehatan bagi seluruh yang hadir di restoran tersebut.
Namun data terbaru yang dilaporkan oleh Morning Consult menunjukkan hanya 55% orang yang merasa nyaman untuk makan di dalam restoran pada saat pandemi. Para ahli kesehatan juga mengkhawatirkan terkait makan di restoran pada masa pandemi.
![]() |
Para ahli mengatakan bahwa makan di dalam ruangan restoran masih sangat berisiko terhadap penularan virus yang masih bisa terjadi. Ketika kamu memilih untuk tetap makan di restoran, menggunakan masker sesuai anjuran medis masih diharuskan.
Para epidemilog juga menaruh perhatiannya terkait kebiasaan makan di restoran yang mulai kembali meningkat. Mereka melihat peningkatan risiko dari kegiatan makan di restoran yang melibatkan banyak orang dan melepas masker dalam waktu yang cukup lama.
Baca juga: Peneliti Sebut Makan di Restoran Lebih Berisiko Terpapar COVID-19
Para epidemiolog juga mengingat bahwa hanya sebagian orang yang telah menerima vaksin secara lengkap. Sebagian besar lainnya masih banyak yang hanya menerima vaksin pada dosis satu atau bahkan belum divaksin sama sekali.
![]() |
Hal ini akan sangat berbahaya bagi orang yang baru menerima vaksin dosis pertama dan yang belum menerima vaksin sama sekali. Para epidemiolog juga mempertimbangkan banyaknya jendela yang terbuka saat restoran tersebut menerima pelanggan. Hal tersebut dikatakan menjadi kombinasi yang harus diperhatikan untuk mencegah penyebaran dan penularan vaksin saat makan di restoran.
"Ini bukan hanya pemeriksaan pada saat makan di restoran, banyak hal yang juga harus diperhatikan di sini. Semua hal membuat risiko semakin tinggi," kata Saskia Popescu selaku epidemiolog penyakit infeksius.
Risiko penyebaran dan penularan yang tinggi ini kemudian menjadi keputusan yang harus dipertimbangkan untuk menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Menurut penelitian yang dipublikasi pada Centers for Disease Control and Prevention, negara-negara yang membuka restoran untuk makan di tempat mengalami peningkatan infeksi virus dan tingkat kematian.
Penelitian ini bahkan telah dilakukan melalui pemantauan sejak bulan Juli tahun 2020. Penelitian ini difokuskan pada lokasi-lokasi yang menawarkan makan langsung di restoran yang dikaitkan dengan kasus positif coronavirus di daerah sekitar.
Popescu menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak nyaman jika harus makan langsung di restoran. Ia juga mengatakan bahwa toleransi risiko merupakan hal yang personal dan keputusan individual. Orang-orang mungkin saja berhenti untuk makan di restoran bergantung pada keputusan yang dipilihnya.
"Aku mencoba untuk berhati-hati dengan keputusan itu dan mengingatkan bahwa vaksin adalah alat terbaik yang dimiliki. Vaksin benar-benar berkhasiat walaupun tak sepenuhnya memberi kekebalan," kata Popescu.
Narasi pandemi dan makan di restoran ini saling berkaitan satu sama lain. Pandemi memberikan efek yang tak hanya merugikan salah satu pihak, tetapi sangat banyak pihak yang dirugikan.
![]() |
Restoran yang berhasil bertahan hingga hari ini bahkan masih harus membatasi pengunjung yang makan di restoran untuk menjaga keamanan secara ketat. Pembatasan ini yang kemudian berdampak pada pelanggan yang harus lebih bersabar lagi.
Pengetatan aturan ini mungkin akan berlangsung sangat lama hingga pandemi benar-benar mereda. Pembatasan makan di restoran ini menjadi cara yang paling bijak menurut para epidemiolog untuk mempertahankan kelangsungan restoran tersebut, kehidupan para koki dan pekerja restoran lainnya.
"Ada saat-saat yang aku sangat yakin, aku akan mengandalkan para pelangganku untuk melewati ini semua. Aku merasa seperti sangat banyak beban yang tiba-tiba dirasakan pada orang banyak dan bukan pada pemerintah," kata Cohen selaku pemilik restoran.
Baca juga: Makan Setelah Jam 8 Malam di Restoran Lebih Tinggi Risiko Keracunan
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/adr)