Kesulitan seringkali dialami oleh pedagang kecil. Seperti yang dialami kakek penjual cilok ini. Ia sering dipalak preman hingga dihipnotis.
Beberapa pedagang terpaksa harus tetap berdagang walaupun usianya sudah terbilang tua. Mereka tak punya pilihan selain terus berdagang untuk menyambung hidupnya.
Berdagang menjadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menghidupi dirinya dan keluarga yang masih tinggal bersamanya. Mereka bahkan begitu tangguh untuk berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, kerja kerasnya itu kadang tak menghasilkan uang sepeserpun karena kerugian yang dialami. Mereka juga tak jarang menerima perlakuan-perlakuan tak mengenakkan saat berjualan.
Baca juga: Gigih! Kakek 90 Tahun Ini Masih Jualan Toge Goreng Tiap Hari
![]() |
Seperti kisah seorang kakek, yang dikutip detikfood melalui izin Partners in Goodness (25/4). Setiap hari ia berjualan cilok untuk menghidupi dirinya dan berharap untuk bisa memberikan sedikit untuk anak dan cucunya. Mirisnya, kakek tersebut seringkali dipalak oleh preman di jalan saat berjualan hingga merasakan pahitnya dihipnotis.
Abah Barta yang berusia 73 tahun ini hidup sendirian di belakang emperan rumah tetangganya yang berlokasi di Pasir Jengkol, Tanjungpura, Karawang Barat. Setiap harinya, beliau berkeliling berjualan cilok di daerah Tanjung Pura, Karawang Barat.
Abah Barta akan berkeliling kampung untuk menjajakan ciloknya tersebut. Terkadang, Abah juga berjualan di SPBU Pass dan RS Islam Karawang. Abah Barta akan mulai berjualan sejak pukul 7 pagi hingga sore atau bahkan malam hari.
Cilok yang dijajakan oleh Abah Barta ini berasal dari produsen cilok yang ia ambil. Abah hanya akan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp300 per buah. Abah seringkali mengambil cilok sebanyak 100 buah dan dengan keuntungan sebanyak Rp30 ribu Abah Barta harus memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
![]() |
Sedihnya, perjuangan Abah Barta berjualan cilok tidak selalu mudah. Abah Barta bahkan pernah dihipnotis dan uang hasil penjualan cilok sebesar Rp150 ribu raib begitu saja. Kejadian tersebut membuat Abah Barta harus kehilangan baik keuntungan yang ia dapatkan hingga uang yang seharusnya disetorkan.
Selain dihipnotis, Abah juga seringkali tak mendapatkan keuntungan karena banyak preman yang suka memalaknya. Preman-preman tersebut seringkali meminta cilok dagangan Abah dan pergi begitu saja tanpa membayarnya.
Di usia senjanya ini, Abah masih terus bekerja keras bahkan juga memikirkan kehidupan untuk anak dan cucunya. Walaupun tidak tinggal bersama, tetapi anak Abah Barta memiliki kondisi ekonomi yang tak jauh berbeda dengan Abah Barta.
Baca juga: Sedih! Setiap Hari Kakek Ini Berjalan 25 KM Untuk Jual Donat dan Keripik
(dfl/adr)