Es doger Krapyak ini populer sebagai es doger enak di Yogyakarta. Cak Imam sang pemilik merantau dari Sampang untuk menjual es manis dingin ini.
Suku Minang, Madura dan Makassar dikenal sebagai perantau yang tangguh. Ada yang mencari ilmu dan ada yang mencari lahan nafkah baru. Seperti yang dijalani Imam, yang kini sukses menjadi penjual es doger Krapyak.
Salah sarunya Imam, pria asli Sampang, Madura. Pria berusia 35 tahun ini pun menuturkan awal mula perjalanannya memulai usaha Es Doger Cak Imam atau dikenal luas sebagai Es Doger Krapyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini Es Doger Krapyak merupakan salah satu es doger yang terkenal di Yogyakarta. Bukan hanya masyarakat biasa banyak Youtuber, food vlogger, bahkan media lokal maupun nasional mengulas es doger racikan Cak Imam.
''Saya mulai merantau ke Jogja pada 2003 bareng bapak. Nggak semudah yang dibayangkan orang sih. Usaha saya bisa berdiri sampai saat ini karena ya dulunya susah,'' tutur Imam menceritakan perjuangannya pada detikcom (3/4).
Sebenarnya awal mula ia tidak berjualan es doger seperti saat ini.
''Awal dulu saya berjualan bubur kacang hijau. Bukan di sini (Krapyak). Kemudian, berjualan es kelapa muda di Alun-alun Selatan.Tapi sepertinya memang ini rezeki saya," ungkapnya
Dua tahun mencoba berbagai bisnis, baru pada tahun 2005 dia memulai jualan es dogernya. Waktu demi waktu dijalani hingga Cak Imam sukses menjual es doger. Es dogernya laris manis bahkan omzetnya di hari-hari biasa mencapai 2 jutaan rupiah per hari.
"Kalau saya sih nggak pernah ngitung berapa gelas yang laku. Tapi, memang biasanya sih dapat 2 juta per hari. Semenjak pandemi sih turun ya setengahnya lah kurang lebih,'' tutur dia.
Untuk ciri khas dari es yang dia jual, dia mengaku tidak ada hal yang unik. Layaknya es doger umumnya. Namun, menurutnya es doger racikannya ini mungkin cocok dengan banyak orang sehingga bisa laris.
Kunci sukses yang dijalani adalah ulet dan pandai bersyukur. Dua hal itu menjadi bentuk dari ikhtiar dan prinsip yang dipegangnya selama ini.
''Saya sih bersyukur saja, terutama saya kan nggak sekolah. Meskipun nggak punya gelar sarjana tapi Alhamdulillah bisa berjualan seperti sekarang. Itu yang menjadikan saya punya keuletan dalam berusaha sehingga ya hasilnya seperti sekarang.''
Dalam menjalankan usaha Cak Imam tidak menganggap usaha lain sebagai saingannya. Hal itu juga menjadi bagian tak terpisahkan selama dia berjualan.
''Bagi saya apapun bisnis lain itu bisa jadi relasi yang bagus. Semisal di sekitar ini ada yang jual gorengan, siomay, mereka itu jadi teman. Karena biasanya saling melengkapi. Beli makanan terus di sini minumnya, sebaliknya pun demikian. Jadi ya dirawat juga hubungan antar pedagang,'' tutupnya.
(sob/odi)