Tana Toraja tak hanya punya wisata adat dan budaya yang menarik, tapi juga kuliner khas. Salah satu bahan utamanya, lada katokkon yang pedas menggigit!
Cabai jadi salah satu bumbu dapur andalan orang Indonesia. Rasanya tak lengkap menikmati makanan utama tanpa pendamping sambal berbahan cabai.
Di Indonesia ada beragam jenis cabai yang umum dikenal. Misalnya cabai rawit, cabai keriting, cabai merah/hijau besar, sampai cabai gendot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun masyarakat suku Toraja, Sulawesi Selatan punya satu jenis cabai andalan. Namanya lada katokkon yang kerap hadir di berbagai masakan rumah orang suku Toraja.
Dalam buku 'Rumah di Tanah Rempah' yang ditulis Nurdiyansah Dalidjo, pencinta rempah ini menggambarkan seperti apa keberadaan lada katokkon di Toraja.
![]() |
Diyon, begitu ia akrab disapa, mengunjungi Tanate Kindan, Lembang Madandan, sebuah kampung di dataran tinggi kabupaten Tana Toraja. Di sana ia tinggal di rumah warga lokal.
Diyon lantas berkesempatan mencicipi berbagai kuliner khas Tana Toraja. Salah satunya tu'tuk katapi lure, berupa teri campur daging buah kecapi dan lada katokkon.
Cabai Tana Toraja ini memiliki rasa pedas yang luar biasa menggigit. Aromanya juga membangkitkan selera makan.
Mengenai bentuknya, lada katokkon berwujud bulat tidak sempurna. Bentuknya mirip paprika dalam bentuk mini.
Penelusuran Diyon menemukan kalau lada katokkon sudah dikenal sangat lama oleh orang Toraja. Buktinya lada katokkon menjadi bagian lirik lagu 'Dolong-dolong' yang melegenda.
Lada katokkon banyak dijual di pasar-pasar di sana. Warna merahnya yang menyala membuat jenis cabai ini mudah dikenali.
![]() |
Lada katokkon juga kerap dijadikan oleh-oleh pelancong. Hal ini diungkap seorang penjual cabai di sana. Ia merekomendasikan lada katokkon yang masih berwarna hijau dan kuning karena belum sepenuhnya matang.
Untuk lada katokkon yang matang ditandai dari warnanya yang merah terang. Soal harga, lada katokkon dijual lebih mahal dari jenis cabai lain. Cabai ini dikemas dalam kap plastik warna biru, bekas wadah sabun colek.
Baca Juga: Eksotik dan Unik Kuliner Tana Toraja, dari Pa'piong sampai Ban Dalam
Selain lada katokkon, Tana Toraja juga punya rempah khas berupa kaloko pangi dan pamarasan. Kaloko pangi berbentuk mirip jamur kering, sedangkan pamarasan adalah sebutan lain untuk keluak yang populer di Jawa.
![]() |
Lantas bagaimana dengan makanan khas Toraja? Diyon menceritakan kalau makanan ini sejatinya bisa ditemukan di dapur rumah-rumah orang Toraja.
Satu prinsip utamanya adalah, nasi harus selalu tersedia di dapur. Begitupun dengan lauk pauknya.
Orang Toraja terbiasa membuat daging asap kerbau atau babi sendiri dengan proses yang sangat sederhana, tetapi memiliki aroma dan rasa yang nikmat.
Lalu ada juga olahan sup tulang kerbau yang terkenal enak. Biasanya sup ini disajikan dengan tulang bertumpuk-tumpuk di atas wadah ceper. Penikmatnya lantas akan mencari sumsum dalam tulang yang sangat nikmat.
![]() |
Rekan Diyon yang merupakan orang Toraja asli, Rukka Sombolinggi, mengatakan bumbu dapur orang Toraja untuk membuat masakan sebenarnya sangat sederhana.
Bahan yang umum dipakai adalah cabai, sereh, jahe, dan bawang. Kemudian diberi sedikit garam dan dihidangkan dengan cabai tumbuk yang ditambahkan cuka tuak atau perasan jeruk nipis.
Dari bumbu yang sederhana inilah, ada bahan makanan segar dan cara pengolahan yang membuat rasa asli dari daging, sayur, dan bumbu menjadi 'keluar' dan terasa nikmat.
Baca Juga: Menyapa Lewat Rasa Kopi dan Cokelat Siap Seduh
(adr/odi)