Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini Faktanya

Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini Faktanya

Devi Setya - detikFood
Minggu, 03 Jan 2021 14:30 WIB
Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini Faktanya
Foto: Getty Images/iStockphoto/Somrakjendee
Jakarta -

Tempe dan tahu biasa jadi makanan sehari-hari. Tapi belakangan ini duo olahan kedelai ini mendadak langka dan hilang dari pasaran. Apa penyebabnya?

Pembeli tahu dan tempe di Jabodetabek risau dengan stok olahan kacang kedelai ini. Makanan yang biasa jadi sajian di rumah ini mendadak sulit di temukan. Hampir seluruh pedagang tahu dan tempe seolah kompak berhenti berproduksi.

Para pedagang mengeluh soal harga kedelai yang mendadak naik drastis tanpa alasan jelas. Kenaikan harga kedelai ini membuat para pedagang keberatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika tetap berproduksi, maka keuntungan yang didapat akan menurun tajam. Tak hanya melonjaknya harga kedelai, stok kedelai impor juga menipis dan mulai langka.

Lantas seperti apa fakta dibalik 'hilangnya' tempe dan tahu di pasaran?

ADVERTISEMENT

Dilansir dari berbagai sumber, berikut fakta soal tempe dan tahu yang ramai jadi perbincangan publik.

1. Kenaikan harga kedelai impor

Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini FaktanyaTempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini Faktanya Foto: Getty Images/iStockphoto/Somrakjendee

Para pengrajin tempe dan tahu mengeluhkan harga kedelai yang melonjak tajam. Perkilo kedelai mentah dibanderol dengan harga Rp 9.200 hingga Rp 10.000 per kilogram, padahal harga normalnya sekitar Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kilogram.

Kenaikan harga secara dadakan ini membuat pengrajin tempe merasa keberatan. Kenaikan harga kedelai ini disinyalir terjadi sejak tanggal 29 Desember 2020. Hingga kini para pengrajin tempe dan tahu belum mendapat kejelasan dari penyebab naiknya harga kedelai.

Dilansir dari CNBC (3/1) Mu'alimin Ketua Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan Indonesia (SPTP I ) Jakarta Barat mengatakan kenaikan harga kedelai ini dinilai tidak wajar. Biasanya kenaikan harga kedelai berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Saat rupiah melemah, maka harga kedelai akan mengalami kenaikan. Yang ia pertanyakan, saat ini rupiah sedang tidak melemah, namun harga kedelai justru melonjak.

2. Pengrajin tempe dan tahu mogok produksi

Tingginya harga kedelai membuat para pengrajin tempe di berbagai daerah melakukan aksi mogok produksi. Mereka memilih menghentikan produksi tempe dan tahu secara sementara dibandingkan mengambil resiko rugi.

Pengrajin tempe dan tahu dari Jakarta serta Jawa Barat sepakat melakukan aksi mogok produksi mulai tanggal 1-3 Januari 2021. Aksi mogok produksi ini tertuang dalam surat yang ditulis Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) tertanggal 29 Desember 2020 kepada Pusat Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti).

Dalam surat ini tertulis bahwa para pengrajin tempe dan tahu sepakat berhenti produksi hingga terjadi kesepakatan harga tempe dan tahu di pasaran.

3. Pengrajin tempe dan tahu kecewa pada pemerintah

Kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu ini membuat para pengrajin kecewa pada pemerintah. Para pengrajin tempe dan tahu mengaku pemerintah kurang sigap dalam menindaklanjuti kenaikan harga kedelai impor.

Oleh karenanya, para pengrajin tempe dan tahu ini berencana bertemu dengan Menteri Perdagangan untuk membahas soal harga kedelai. Harapannya, harga kedelai bisa kembali normal seperti sediakala.

4. Diduga karena China memesan kedelai dalam jumlah banyak

Saat ini produksi kedelai terbesar berasal dari Amerika Serikat, Brazil dan Argentina. Pasar terbesar untuk kedelai ini adalah China. Kenaikan harga kedelai diduga karena China melakukan impor besar-besaran untuk produk kedelai asal Amerika Serikat.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia, Aip Syarifuddin mengatakan China baru saja melakukan pemesanan kedelai yang melonjak tajam dari 75 juta ton menjadi 92 juta ton. Hal ini yang disinyalir jadi penyebab menurunnya jumlah impor ke Indonesia.

Kenaikan angka impor kedelai ke China ini diduga karena mendekati waktu Imlek. Di China, para peternak babi melakukan stok besar-besaran untuk kedelai yang jadi pakan babi. Tujuannya adalah membuat babi menjadi gemuk dan siap jadi sajian istimewa saat Imlek tiba.

5. Stok tempe dan tahu di pasaran

Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini FaktanyaTempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini Faktanya Foto: Getty Images/iStockphoto/Somrakjendee

DetikFood sempat melakukan pemantauan di salah satu pasar tradisional di Kota Bekasi. Sejak pagi hari, tak ada satupun pedagang tempe dan tahu yang menggelar dagangannya. Padahal di hari biasa, sangat mudah menjumpai tempe dan tahu.

Demikian juga pada penjual makanan yang biasa menyajikan hidangan tempe dan tahu. Seperti di penjual nasi uduk, lauk semur tahu yang biasa jadi pelengkap kini tak tersedia.

Hal ini juga bisa dilihat di penjual gorengan. Tak ada tempe dan tahu goreng yang biasanya justru jadi menu andalan.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: BPOM Diminta Serius Tangani Pabrik Tahu Berbahan Bakar Sampah Plastik"
[Gambas:Video 20detik]
(dvs/odi)

Hide Ads