Bukan hanya beragam beras, Indonesia punya banyak sumber pangan. Hal ini berkaitan dari ekosistem hingga budaya makan masyarakat sejak dulu.
Dalam rangka merayakan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober lalu, kampanye Pangan Bijak Nusantara kembali digaungkan. Kampanye ini bertujuan untuk mendorong hingga mengubah arah pola konsumsi, produksi hingga distribusi pangan lokal di Indonesia.
Baca Juga: Hari Pangan Sedunia Dirayakan Bersama Pahlawan Pangan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangan Bijak Nusantara sendiri digagas oleh beberapa organisasi di Indonesia. Seperti Hivos, WWF-Indonesia, ASPPUK, NTFP-EP, AMAN dan PARARA (Panen Raya Nusantara).
Lewat webinar 'NGOPI' (Ngobrol Pintar) kemarin (31/10), Pangan Bijak Nusantara mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan keanekaragaman pangan di Indonesia, serta mengenal lebih jauh apa itu pangan bijak.
![]() |
Acara ini dihadiri oleh banyak pembicara dari berbagai bidang. Mulai dari Lembaga Kebudayaan Betawi, Departemen Ilmu Gizi Universitas Indonesia, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, WWF Indonesia, sampai Culinary Storyteller.
"Konsep utama dalam acara hari ini adalah pilihan makanan seseorang bisa menentukan masa depan bumi. Meski kita jauh dari tempat produksi makanan, seperti beras atau sayuran. Tapi sebenarnya pangan yang kita pilih bisa mengubah bahkan mempengaruhi permintaan pasar," jelas Cristina Eghenter, selaku perwakilan dari WWF Indonesia.
Cristina menjelaskan bahwa organisasi WWF Indonesia sangat perduli dengan pangan bijak, karena mereka melihat masih banyak sistem pangan yang salah di Indonesia. Untuk itu mereka ingin mendorong sistem pangan agar lebih lokal, lestari, sehat dan adil terutama bagi produsen dan konsumen di Indonesia.
"Termasuk mengeksplorasi lebih jauh tentang keanekaragaman pangan di Indonesia. Menurut data yang ada dari 75% pangan yang kita konsumsi, hanya 12 spesies dan 5 jenis hewan yang kita gunakan. Bisa dibilang keanekaragaman hayati di sistem pangan kita sangat miskin, padahal jumlah pangan lokal di sini sangat melimpah," lanjutnya.
![]() |
Selain dari bidang pangan dan ekosistem, keanekaragaman ini juga dikaitkan dengan budaya kuliner yang ada sejak dulu. Seperti dalam budaya kuliner Betawi.
"Prinsip di dalam kebudayaan Betawi, dalam hal pangan dan makanan tergambar seni pertunjukan Betawi ada yang kita kenal dengan nama Topeng Tanah. Itu sebenarnya adalah ekspresi masyarakat Betawi, yang mereka lahir dan besar berasal dari tanah," ungkap Yahya Andi Saputra, selaku anggota Lembaga Kebudayaan Betawi.
"Dalam ekspresi kegiatan sehari-harinya mereka melakukan banyak aktivitas di atas tanah, dan berakhir pun di tanah. Bagi kami tanah adalah prinsip utama, karena di tanah kita melakukan prosesi kehidupan sehingga apa yang kita makan itu sebetulnya merupakan hasil proses ekosistem yang betul-betul terpelihara," ucap Yahya.
Sementara dalam bidang gizi sendiri, keanekaragaman hayati ini sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Rina Agustina MD, MSc, PhD, dari Departemen Ilmu Gizi Universitas Indonesia.
"Pentingnya keanekaragaman sumber pangan juga berpengaruh pada status gizi dan kesehatan yang lebih baik. Di mana pemilihan pangan yang lebih beragam, dapat mendorong orang untuk mengonsumsi sumber makanan yang lebih baik," ungkapnya.
![]() |
"Di mana Indonesia memiliki angka kekurangan gizi yang cukup tinggi. Bisa disimpulkan bahwa kualitas pangan pada tingkat individu di Indonesia masih rendah, dan perlu ditingkatkan ," jelasnya.
Kampanye Pangan Bijak Nusantara juga didukung oleh Yayasan Kehati. Organisasi yang satu ini sejak dulu aktif revitalisasi sumber-sumber pangan lokal yang kaya di Indonesia.
Tak hanya dari organisasi pendukung saja, penggiat pangan lokal seperti Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI). Turut mendukung kampanye Pangan Bijak Nusantara, untuk membantu mensejahterakan semua petani lokal hingga melestarikan pangan Indonesia.
Terakhir acara ini ditutup dengan penjelasan dari Ade Putri Paramadita selaku Culinary Storyteller. Ade melihat bahwa keanekaragaman pangan di Indonesia ini bisa dikembangan dan dilestarikan dalam berbagai cara.
Lewat acara ini organisasi Pangan Bijak Nusantara berharap, bahwa akan ada banyak orang yang lebih peduli dengan pangan lokal di Indonesia serta keanekaragamannya.
Baca Juga: Makanan Lokal dan 'Sustainable Food' Akan Makin Populer
(sob/odi)