Imbas Corona, Orang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi Kelaparan

Imbas Corona, Orang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi Kelaparan

Sonia Basoni - detikFood
Senin, 07 Sep 2020 12:00 WIB
Orang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi Kelaparan
Foto: AP
Jakarta -

Berawal dari camilan yang populer. Sate tikus jadi sumber protein di Afrika untuk atasi kelaparan sejak wabah virus Corona menyerang di sana.

Sejak pandemi Corona, banyak negara-negara di Afrika yang mengalami kekurangan persediaan bahan makanan. Salah satunya di Malawi yang terkena imbas paling parah dari penurunan stok makanan hingga kondisi ekonomi.

Baca Juga: Di Pasar Ini Daging Tikus Lebih Populer dari Daging Ayam

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikabarkan Yahoo News (06/09), untuk mengisi perut, banyak warga yang kini memilih memakan tikus panggang yang ditusuk dengan batang kayu seperti sate.

Orang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi KelaparanOrang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi Kelaparan Foto: AP

Sebelumnya sate tikus ini memang jadi camilan yang populer beberapa kota besar di Malawi, seperti kota Blantyre dan Lilongwe. Rasanya gurih dan teksturnya garing.

ADVERTISEMENT

"Sebelum adanya virus Corona, kehidupan kami sudah sulit. Tapi dengan adanya pandemi, situasinya semakin memburuk," jelas Bernard Simeon selaku pemburu tikus di Malawi.

Pria berusia 38 tahun ini sehari-harinya bekerja sebagai petani, ia juga sering berburu tikus jika keluarganya kekurangan makanan.

"Ketika kekurangan makanan, biasanya kami bergantung pada daging tikus untuk mengatasi kelaparan. Karena kami tidak mampu membeli daging untuk makan," ungkap Yankho, istri dari Bernard.

Orang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi KelaparanOrang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi Kelaparan Foto: AP

Pemerintah Malawi memang mencanangkan bantuan untuk warganya yang kehilangan sumber penghasilan karena virus Corona. Tapi proses yang panjang membuat pemerintah menyarankan warganya, untuk mengandalkan bahan makanan dari alam yang bisa mereka olah.

Hal ini lah yang membuat warga miskin di Malawi mulai berburu tikus. Mereka menganggap bahwa tikus merupakan sumber protein yang baik, ditambah dengan wilayah Malawi yang memiliki banyak tikus.

Tapi menurut pengamat lingkungan, perburuan tikus ini bisa saja menghancurkan lingkungan yang ada. Kebanyakan tikus berasal dari sawah dan perkebunan, tempat para pemburu biasanya membakar ladang untuk menemukan lubang tikus.

"Dengan membakar ladang dan memburu tikus secara besar-besaran tentu saja akan menganggu ekosistem," jelas Duncan Maphwesessa, selaku pengamat lingkungan asal Balaka.

Orang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi KelaparanOrang di Afrika Makan Sate Tikus Untuk Atasi Kelaparan Foto: AP

Namun para warga di Malawi tidak memiliki pilihan lain. Mereka harus bertahan hidup mengandalkan daging tikus hasil buruan. Bahkan berburu daging tikus untuk dimakan sudah menjadi tradisi yang sulit dilepaskan di Malawi.

"Sebagai warga kampung kita mulai diajarkan berburu tikus sejak usia 3 tahun. Di setiap desa, berburu tikus itu dilihan bukan seperti tugas melainkan seperti hiburan untuk anak laki-laki dan perempuan. Sampai sekarang saya masih makan daging tikus," tutur Lucius Banda, penyanyi asal Malawi.

Selain di Malawi dan beberapa negara di Afrika, sate tikus juga populer di beberapa negara Asia. Salah satunya di Kamboja, di mana sate tikus jadi jajanan kaki lima populer yang mengenyangkan di sana.

Baca Juga: Tikus Jadi Camilan Sekaligus Bekal Makanan Murah di Kamboja




(sob/odi)

Hide Ads