Tikus Jadi Camilan Sekaligus Bekal Makanan Murah di Kamboja

Tikus Jadi Camilan Sekaligus Bekal Makanan Murah di Kamboja

Sonia Basoni - detikFood
Selasa, 20 Agu 2019 13:00 WIB
Foto: AFP/Istimewa
Jakarta - Hewan pengerat tikus di Kamboja populer sebagai makanan ringan yang murah dan enak. Banyak pekerja dan petani yang sering membawa bekal makanan berlauk tikus.

Daging tikus panggang mungkin bukan hidangan yang disukai semua orang. Namun, di wilayah pedalaman Kamboja, tepatnya di provinsi Battambang, tikus jadi makanan yang digemari banyak orang.

Baca Juga: Bayar Rp 700 Ribu Kamu Bisa Main dan Minum dengan Tikus di Kafe Ini
Tikus Jadi Camilan Sekaligus Bekal Makanan Murah di KambojaFoto: AFP/Istimewa
Dilansir dari Yahoo (20/08), daging tikus ini jadi jajanan yang murah dan mudah ditemukan. Satu tusuk sate berisi daging tikus dengan potongan kecil, dihargai sekitar $0.25 (Rp 3,563), sementara untuk daging tikus yang utuh dihargai sekitar $1.25 (Rp 17,815).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daging tikus sendiri mulai umum dimakan di Kamboja pada tahun 70 an, di bawah masa kepemimpinan partai komunis, Maoist Khmer Rouge. Tak hanya tikus, hewan seperti kodok, tarantula, dan beberapa hewan kecil lainnya juga disantap sebagai makanan untuk bertahan hidup.

Karena itu kini tikus sudah menjadi makanan yang murah bagi para pekerja dan petani. Banyak yang menjadikan daging tikus, sebagai camilan atau bekal makanan. Untuk masalah rasa, banyak orang yang memiliki opini berbeda.

Ada yang bilang rasa daging tikus mirip seperti ayam atau sapi, tapi banyak juga yang bilang rasanya mirip seperti daging babi.
Tikus Jadi Camilan Sekaligus Bekal Makanan Murah di KambojaFoto: AFP/Istimewa

Biasanya daging tikus ini dijual di pinggir jalan, dengan cara dipanggang menggunakan api arang. Kemudian disajikan dengan cocolan saus yang terbuat dari jeruk nipis, lada, atau cabai. Banyak orang yang menyantapnya dengan iringan bir.

Menurut salah satu penjual daging tikus, Ma Lis, kini permintaan daging tikus terus meningkat. Beberapa puluh tahun lalu, ia hanya mampu menjual beberapa kilo daging tikus per harinya.

Kini ia bisa menjual lebih dari 20 kg daging tikus, dengan para pembeli yang kebanyakan wisatawan lokal dan turis asing yang penasaran dengan kuliner tikus ini. Terutama ketika hari libur, seperti tahun baru atau festival air di mana ia bisa menjual lebih dari 180 tikus besar per harinya.

Tikus-tikus ini ia dapatkan dari sawah, dan menurutnya dagingnya jauh lebih sehat.
Tikus Jadi Camilan Sekaligus Bekal Makanan Murah di KambojaFoto: AFP/Istimewa
"Tikus ini lebih sehat dari daging babi atau ayam. Karena mereka mengonsumsi akar teratai, dan biji-bijian beras," jelas Ma Lis. Meski begitu ia mengaku, bahwa masih banyak orang yang tetap enggan menyantap daging tikus karena bentuknya.

Selain di Kamboja, daging tikus juga populer di Manado, Sulawesi Utara. Disebut kawok, daging tikus yang dijual cukup beragam, ada tikus hutan hingga tikus kebun yang berekor putih. Tikus kebun ini dianggap lebih aman untuk dimakan, karena memakan sisa-sisa tanaman di kebun. Untuk olahannya, tikus ini biasanya dimasak dengan bumbu woku, hingga rica-rica yang pedas.

Baca Juga: Ular dan Tikus Jadi Sajian Lezat di Sulawesi Utara


(sob/odi)

Hide Ads