Di tahun 1590, orang-orang di Paris menemukan makanan terbaru. Makanan ini berupa roti yang dicampur dari tulang manusia di sana.
Sekitar 430 tahun lalu, Paris merupakan kota di Prancis yang dipenuhi orang miskin dan wabah kelaparan yang mendera di sana. Banyak warga yang mati kelaparan selama bertahun-tahun.
Dulu roti menjadi makanan pokok bagi warga miskin yang ada di sana. Roti ini memiliki peranan penting hingga menjadi bagian sejarah kelam di sana. Salah satunya ketika warga di Paris mulai menggali makam untuk mengambil tulang manusia lalu disulap menjadi roti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Atlas Obscura (18/08), berikut beberapa fakta menarik seputar roti dari tulang manusia di Paris.
1. Wabah Kelaparan di Prancis
![]() |
Pada abad 15 dan 16, rata-rata orang di Prancis menyantap sekitar 1,5 roti dalam satu hari. Sementara orang kaya dan bangsawan di sana memiliki pilihan makanan yang lebih beragam, seperti daging hingga dua liter wine setiap harinya.
Namun bagi warga miskin di Prancis, roti merupakan makanan pokok yang murah dan menjadi satu-satunya makanan yang bisa mereka beli. Jadi ketika Prancis mengalami kelangkaan gandum, banyak orang yang terancam kelaparan.
Namun kota Paris lah yang paling parah, karena kota ini seringkali dikepung oleh berbagai pihak. Pada era 1429, Paris dikepung oleh Charles VII dan Joan of Arc. Hal ini memaksa para warga memakan apapun yang mereka temukan. Mulai dari tikus jalanan, hewan di kebun binatang hingga roti dari tulang manusia.
2. Roti Tulang Manusia Diciptakan
![]() |
Pada tahun 1859 setelah kematian Raja Henri III, salah satu sepupunya bernama Henri III of Navarre menduduki kerajaan Prancis. Tak lama setelah menjadi raja, Henri mulai berkuasa dengan prajuritnya membuat para petani dan orang miskin kabur ke kota.
Karena kondisinya yang semakin genting setelah Henri mengambil kontrol di beberapa kota sekitar Paris. Masalah baru muncul, yaitu kurangnya persediaan makanan untuk warga Paris. Di sana Henri membakar semua kincir angin, yang merupakan sumber tenaga atau alat bantu untuk menumbuk rempah, gandum hingga lainnya.
Karena tak memiliki pilihan lain, warga miskin di Paris mulai menyantap kuda, anjing hingga kucing. Mereka kemudian mulai menciptakan 'Madame de Montpensier's bread' di tahun 1590, yang terbuat dari tulang manusia yang mereka anggap sebagai leluhur.
3. Makanan di Tengah Wabah Kelaparan
![]() |
Menurut catatan sejarah yang ada, orang-orang yang kelaparan mulai frustasi dan memutuskan menggali pemakaman masal di Holy Innocents Cemetery. Mereka kemudian mengambil tulang belulang manusia lalu menumbuknya hingga halus. Tulang ini merupakan pengganti gandum yang langka di sana.
Setelah tulang menjadi bubuk, mereka mencampurkannya dengan tepung dan dipanggang hingga menjadi roti. Hal ini diungkapkan oleh Henrico Davilia selaku ahli sejarah Italia yang menyaksikan pembuatan roti kelam ini.
Tentu saja roti dari tulang manusia ini cukup berbahaya. Bagian tulang manusia yang sudah dikubur di dalam tanah bisa mengandung berbagai racun dan bakteri. Apalagi tulang manusia bukan pengganti gandum yang pas, sehingga sulit membuat adonannya menjadi kalis.
4. Roti Tanpa Pilihan
![]() |
Menurut Gabriel Venel selaku ahli kimia di Prancis, menjelaskan bahwa konsep menghaluskan tulang manusia menjadi bubuk berasal dari kelaparan dan rasa frustasi manusia.
"Tulang manusia meski dihaluskan teksturnya tidak seperti tepung. Apalagi mereka sudah berada di dalam tanah yang lembab dalam waktu lama, tentunya hal ini sangat tidak layak untuk dimakan," jelas Gabriel.
Namun di masa pengepungan dan situasi Prancis yang genting, warga miskin di sana tak memiliki pilihan lain. Pilihan mereka adalah membuat roti dari tulang manusia, atau mati kelaparan.
5. Berakhir dengan Ribuan Kematian
![]() |
Rasa roti dari campuran tulang manusia ini jauh dari kata enak. Ada aroma tanah hingga pahit yang dirasakan oleh orang-orang yang menyantapnya. Karena makanan ini tidak mengandung nutrisi, banyak orang-orang yang meninggal dunia.
Menurut data yang ada sekiranya wabah kelaparan di Paris pada tahun 1590, menelan korban jiwa dari 40 ribu hingga 50 ribu orang. Karena tingkat kematian warga yang tinggi membuat Raja Henri akhirnya menyadari kesalahannya dalam memimpin.
Tak lama setelah wabah kelaparan itu, Raja Henri mencabut pengepungan di kota Paris. Ia juga menyuruh para prajuritnya untuk memberikan makanan kepada warga Paris.
Baca Juga: Budaya Ngopi di Kafe Ternyata Sudah Ada di Dunia Sejak Berabad Lalu
(sob/odi)