Budaya Ngopi di Kafe Ternyata Sudah Ada di Dunia Sejak Berabad Lalu

Budaya Ngopi di Kafe Ternyata Sudah Ada di Dunia Sejak Berabad Lalu

Sonia Basoni - detikFood
Sabtu, 06 Jun 2020 07:00 WIB
-
Foto: Dok. History/Getty Images
Jakarta -

Jika sekarang kafe digunakan untuk tempat nongkrong, dulu budaya ngopi di kafe ini memegang peranan penting dalam era revolusi di berbagai negara.

Sejarah panjang tentang budaya ngopi di kafe sebenarnya sudah ada sejak zaman Kesultanan Ottoman tepatnya di abad 16. Kemudian dari sana mulai bermunculan kedai kopi di berbagai negara yang jadi tempat banyak orang menciptakan ide hingga membicarakan tentang revolusi.

Kebiasaan ngopi mengalami penyesuaian dengan gaya hidup di tiap negara. Bukan hanya racikan kopi saja yang berbeda tetapi juga waktu menikmati dan makanan pengiringnya. Hingga kini di era milenium ngopi justru digandrungi anak muda.
Dari cangkir beralih ke kemasan botol. 'Coffee to go' jadi budaya ngopi baru terutama setelah serangan virus corona.

Dilansir dari History (05/06), berikut budaya ngopi di kafe yang ada di berbagai negara sejak dulu.

Baca Juga: Wow! Ternyata Makan di Restoran Sudah Jadi Budaya Berabad Silam

1. Kafe Pertama di Kesultanan Ottoman

-- Foto: Dok. History/Getty Images



Kesultanan Utsmaniyah atau dikenal juga dengan sebutan Ottoman merupakan dinasti Islam yang berjaya selama 600 tahun di wilayah Turki, Eropa Tenggara hingga Timur Tengah.

Kafe atau kedai kopi pertama kali muncul di Kesultanan Ottoman semenjak bar dan tempat minuman alkohol lainnya di larang keras di sana. Kedai kopi ini menjadi alternatif tempat berkumpulnya orang-orang untuk berdiskusi hingga berbagi ide. Selain itu kopi juga terjangkau dan bisa dinikmati oleh semua lapisan.

Namun di tahun 1633, Sultan Murad IV menyatakan bahwa konsumsi kopi merupakan pelanggaran hukum. Diketahui sebelumnya bahwa saudara dan paman dari Sultan Murad IV dibunuh oleh Janissaries, yaitu uni infantri yang sering nongkrong dan ngopi di kedai kopi.

Sultan kemudian melarang semua kedai kopi beroperasi untuk menghindari perkumpulan para pemberontak. Tapi pada saat itu kedai kopi telah menyebar ke Eropa yang membuat Sultan merasa semakin terancam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Kedai Kopi di Inggris

-- Foto: Dok. History/Getty Images



Pertama kali kedai kopi buka di London tepatnya di tahun 1652 merupakan bentuk revolusi dari kehidupan masyarakat di London. Dulu budaya di Inggris sangat ketat dan tersusun rapih hingga duduk di samping orang lain dianggap sebagai tindakan radikal.

Hal ini berbeda jauh dengan kondisi kedai kopi kebanyakan, di mana biasanya satu meja bisa diisi oleh banyak orang yang ngopi sambil berdiskusi tentang isu yang berkembang. Bahkan ada juga yang menulis berita di dalam kedai kopi.

Namun karena saat itu ayah dari Raja Charles II, yaitu Raja Charles I dieksekusi saat Civil War di Inggris sehingga Raja Charles takut kalau perkumpulan di kedai kopi ini akan berubah menjadi gerakan politik. Sehingga Charles II mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan penyebaran isu dan kabar palsu yang diawali di kedai kopi.

Tentunya hal ini berimbas ke penutupan semua kedai kopi di London pada tahun 1675 yang untungnya hanya bertahan selama 11 hari. Karena semua warga London menuntut agar kedai kopi dibuka kembali.

3. Menyatakan Perang Terhadap Kopi

-- Foto: Dok. History/Getty Images



Di Jerman, kopi punya sejarah yang menarik dan tak hanya sekedar tempat nongkrong saja. Dulu Raja Frederick sangat melarang konsumsi kopi yang mengalahi minuman bir di tahun 1777.

Ia takut kopi ini bisa menggulung bisnisnya dan membuat seluruh penjual kopi di Jerman untuk memiliki surat izin darinya. Tapi surat izin itu hanya ia berikan kepada teman-teman terdekatnya dan mantan tentara.

Bahkan di tahun 1799, ia menyatakan perang terhadap kopi. Ia menyebutkan bahwa keluarga kerajaan dibesarkan dengan bir sehingga bir dinilai jauh lebih sehat dari kopi. Untungnya larangan minum kopi di Jerman dihapuskan setelah Raja Frederick meninggal dunia.

4. Kopi dan Revolusi Amerika

-- Foto: Dok. History/Getty Images



Kopi dinilai sebagai minuman patriot di Amerika setelah peristiwa Boston Tea Party, di mana minum teh sudah ketinggalan jaman. Saat itu Amerika memiliki budaya menyajikan kopi dengan minuman alkohol lainnya.

Dulu Green Dragon Tavern di Boston disebut sebagai pusat revolusi oleh Daniel Webster, karena banyaknya rapat dan diskusi yang mengarah ke Perang Revolusi.

Sementara itu di New York muncul kedai kopi Merchant yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang mau melepaskan diri dari George III. Hingga saat ini kopi memiliki sejarah yang berkaitan dengan revolusi di Amerika.

5. Paris Cafe

-- Foto: Dok. History/Getty Images


Sama seperti negara lain dulu kedai kopi di Paris juga digunakan sebagai tempat untuk berdiskusi hingga organisasi Revolusi Prancis. Banyak agitasi atau keluhan terhadap pemerintahan yang datang dari kedai kapi.

"Kenapa banyak sekali agitasi tak masuk akal dari kumpulan minoritas seperti penulis tak terkenal, juru tulis yang kelaparan, pengacara kecil yang terus mengoceh di klub dan kafe," tulis komplain dari salah satu royalist.

Setelah revolusi di Prancis, budaya kafe di sana secara perlahan mulai kembali dan menjadi tempat utama di mana para penulis hingga pembicara datang untuk berbagi ide sampai sekarang.

Baca Juga: Dampak COVID-19, Kafe Legendaris Ini Tutup Pertama Kalinya Setelah 250 Tahun

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Sensasi Nyeduh Kopi Langsung dari Kebun di Puncak Gunung Muria"
[Gambas:Video 20detik]
(sob/odi)

Hide Ads