Selalu buka selama 250 tahun beroperasi, kafe di Damaskus, Suriah ini terpaksa harus tutup untuk pertama kalinya sebagai tindakan mencegah penyebaran COVID-19.
Penutupan tempat-tempat umum seperti sekolah, hotel, restoran hingga kafe telah diberlakukan di seluruh dunia. Aturan tersebut diberlakukan guna memotong rantai penyebaran virus corona.
Tak terkecuali dengan sebuah kafe legendaris yang berada di Damaskus, Suriah. Kafe bernama Al-Nofara itu sudah beroperasi selama 250 tahun dan belum pernah menutup gerainya sama sekali. Bahkan saat terjadi perang saudara sekalipun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, untuk pertama kalinya kafe legendaris tersebut terpaksa harus tutup sebagai tindakan pencegahan pandemi COVID-19, sesuai aturan pemerintah setempat.
Al-Nofara merupakan kafe yang tak pernah sepi setiap harinya. Bahkan kafe berlangit-langit tinggi itu semakin ramai saat malam hari.
Biasanya orang-orang mengunjungi kafe untuk menikmati shisha. Dilansir dari Xinhua (11/05) kafe Al-Nofara sudah menjadi sejarah dan tradisi sendiri dari kafe-kafe tua yang ada di Damaskus.
Al-Nofara juga merupakan salah satu tempat wisata utama di Damaskus, karena para wisatawan biasa memenuhi kafe ini sebelum perang selama sembilan tahun di Suriah.
![]() |
Baca Juga : Selama 112 Tahun, Restoran Ini Tutup Pertama Kalinya Karena Virus Corona
Untuk mengunjungi kafe ini, pengunjung harus melewati souq atau pasar yang dikenal dengan nama Al-Hamidiyah Souq. Pasar tersebut merupakan pasar kuno yang tertutup di Suriah.
Kafe Al-Nofara dicirikan dengan bangunan yang memiliki 3 ambang pintu. Kini, pintu-pintu tersebut tertutup dan di alam kafe, kursi dan meja sudah dikemas di salah satu sudut ruangan.
Dalam kepemilikan kafe tersebut sudah terjadi secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kini kafe tersebut dipegang oleh Mohammad Rami al-Rabbat yang diwarisi oleh Ayahnya dari kakek buyut ayahnya.
"Kafe ini bahkan tetap buka selama perang Suriah, ketika mortir digunakan untuk menghujani Damaskus dari desa Al-Ghouta Timur yang sebelumnya dikuasai pemberontak," ujar Mohammad.
Meskipun kafe ini sekarang sudah tutup, tetapi Muhammad tetap datang setiap hari untuk memeriksanya. Dia tetap merawat kafe dengan membuka pintu agar sinar matahari dapat masuk sambil menyirami tanaman yang ada di teras.
![]() |
Setiap kali datang ia akan disambut dengan orang-orang yang lewat untuk mengambil foto di depan kafe. Ada juga yang meminta izin untuk masuk dan berfoto di dalamnya, meskipun kafenya sedang tutup.
"Aku datang ke sini setiap hari karena jiwaku mencintai tempat ini. Seolah hidup di dalam dan kita hidup di dalamnya. Aku berharap krisis coronavirus ini akan berlalu dengan cepat untuk kembali ke pekerjaan kita dan membuka kafe," harapnya.
Penutupan kafe ini ternyata membuat pelanggan kecewa. Wissam Hamoudeh salah satu pelanggan kafe mengatakan bahwa ia merasa ada sesuatu yang hilang saat kafenya harus tutup.
"Aku tinggal di Damaskus dan aku bisa mengunjungi kafe setiap hari walaupun aku tidak ingin minum teh atau shisha. Hampir setiap hari aku ke sini, karena kalau gak kesini seperti ada yang hilang, terutama di Ramadhan," ujar Wissam.
Baca Juga : Virus Corona Terpa Amerika, 5 Restoran Legendaris Ini Tutup Untuk Pertama Kalinya
(sob/odi)