Di usia lanjut, kakek 84 tahun ini tak kenal lelah mendorong gerobaknya untuk berjualan cilok. Begini kisahnya!
Miris rasanya saat melihat penjual makanan yang sudah tua harus tetap banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya. Padahal seharusnya mereka sudah beristirahat di rumah dan menikmati hari tua.
Tapi karena keadaan, mau tak mau mereka harus bekerja agar kebutuhannya tetap terpenuhi. Seperti kisah seorang kakek berusia 84 tahun dari Karawang Barat ini yang bernama Sanim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Kakek Penjual Es Krim Ini Semangat Keliling Meski Gerobaknya Rusak
![]() |
Kakek Sanim sudah sangat renta dan tubuhnya membungkuk, tapi ia masih harus berjualan cilok keliling dengan mendorong gerobaknya. Dilansir dari akun Instagram @partners_in_goodness (9/7), kakek Sanim tinggal di Kampung Buniaga Seri Rt 01 Rw 01, Tanjung Mekar, Karawang Barat.
Saat ini kakek Sanim tinggal dengan anak dan cucunya. Anak dari kakek Sanim berprofesi sebagai kuli serabutan, jadi tak bisa memenuhi kebutuhan harian mereka. Kakek Sanim lantas ikut membantu perekonomian keluarga dengan jualan cilok.
![]() |
Cilok yang ia jual bukanlah buatannya, melainkan mengambil dari pemasok. Jadi setiap pagi, kakek Sanim pergi ke pemasok cilok dengan gerobaknya tersebut.
Sebanyak 100-200 buah cilok ia jual setiap harinya. Dan ketika habis terjual kira-kira kakek Sanim mendapatkan keuntungan Rp 30.000 per hari, namun untung tersebut belum dipotong untuk membeli plastik dan minyak tanah.
Jadi, setiap harinya kakek Sanim hanya mendapatkan upah sebanyak Rp 15.000 - Rp 20.000 saja. Padahal kakek Sanim berjualan dari pagi hingga jelang malam.
![]() |
Dalam video yang juga diunggah akun Instagram @partners_in_good, kakek Sanim menceritakan kegelisahannnya saat berjualan di tengah pandemi COVID-19. Beliau mengatakan kalau saat ini sangat susah mendapatkan pembeli karena jalanan sepi.
"Keadaan jualan sekarang itu sepi nak. Dagang cuma keliling doang, cuma dapat lelah. Berbarengan dengan anak-anak gak ada yang ke sekolah. Sekaligus ada wabah corona. Jadinya dagangan sepi," ungkap kakek Sanim menggunakan bahasa Sunda yang kemudian diterjemahkan.
![]() |
Walaupun upah yang didapatkannnya hanya sedikit, kakek Sanim menerimanya dengan ikhlas dan terus bersyukur. Beliau mengatakan, "Dapat penghasilan sedikit, disyukuri." Baginya yang terpenting adalah cucunya bisa makan setiap hari.
Selain kakek Sanim, ada juga penjual makanan yang masih aktif di usia lanjut. Yaitu kakek Anyan berusia 70 tahun yang berjualan garam kasar keliling dengan sepeda tuanya.
![]() |
Kakek Anyan memasarkan garam kasar per kilogran di kawasan Sewan, Cadas, Sepatan, hingga Pangodokan. Ia hanya mendapatkan keuntungan Rp 2.000 saja per kilogramnya. Kakek Anyan yang sebatang kara ini juga tak punya tempat tinggal.
Beliau hanya mengandalkan pos ronda di sekitar Jalan Rawa Kucing. Untuk makan sehari-harinya, kakek Anyan hanya mengandalkan pemberian dari warga sekitar yang iba melihatnya.
Baca Juga: Kisah Haru Kakek 70 Tahun Jualan Garam Keliling Pakai Sepeda
(yms/adr)