YouTuber Mark Wiens tunjukkan kehidupan street food di Bangkok yang kembali bergeliat. Restoran menerapkan protokol kesehatan agar pengunjung bisa bersantap di tempat.
Mark Wiens adalah YouTuber kelahiran Amerika yang kini tinggal di Bangkok, Thailand. Ia menjuluki dirinya sebagai 'full time eater' karena hobi makannya. Secara rutin Wiens juga mengunggah video-video kuliner menarik terutama mengenai makanan Thailand.
Saat kasus COVID-19 mulai mereda di sana, Wiens mengungkap kalau penjual street food atau makanan kaki lima di Bangkok kembali beroperasi. Yang tadinya hanya melayani pembelian online, penjual kini bisa menyambut kembali pengunjung untuk makan di tempat.
Ada beberapa protokol yang diterapkan guna menciptakan keamanan saat bersantap. Wiens mengungkap seperti apa suasana menikmati street food di Bangkok setelah 2,5 bulan mereka hanya berjualan online. Videonya yang berjudul "Street Food in 2020 π· Thai Food SOCIAL DISTANCING in Bangkok, Thailand! πΉπ" sudah ditonton lebih dari 1,5 juta kali saat berita ini dibuat.
1. Pengunjung sekarang bisa santap di tempat
![]() |
Setelah lebih dari dua bulan, pemerintah Thailand akhirnya mengizinkan penjual street food kembali layani pengunjung untuk santap di tempat pada pertengahan Mei 2020. Wiens membuktikannya dengan mengunjungi Yaowarat yang terkenal sebagai 'Chinatown'-nya Bangkok.
Meski belum semua penjual street food buka, suasananya sudah ramai. Terlihat penjual dan warga yang lalu lalang menggunakan masker. Untuk penjual makanan, rata-rata mereka menutupi area berjualan dengan plastik bening guna mencegah penyebaran virus Corona.
Begitu sampai di pasar bernama Sampeng, terlihat juga lalu lalang pengunjung yang sangat ramai. Tapi menurut Wiens sebenarnya ini belum betul-betul normal. Biasanya pengunjung lebih padat, begitupun dengan mobil dan motor di jalanan yang sebabkan macet.
2. Menyekat meja dengan papan iklan
![]() |
Wiens lalu mengisi perut di kedai mie, Kuay Tiew Muay Zaa yang ada di dalam pasar Sampeng. "Saya belum pernah ke sini, tapi mampir saja karena lokasinya mudah dijangkau," kata Wiens. Begitu sampai dan duduk di meja, pegawai kedai langsung memberi sekat meja di antara Wiens dan istrinya.
Uniknya sekat meja tersebut memakai bekas papan iklan Coca-Cola. "Biasanya satu meja itu hanya satu orang kalau mereka (penjual street food) tidak punya sekat," jelas Wiens. Kalau ada sekat, paling tidak dua orang bisa duduk berhadapan.
Ia menikmati mie kuah tom yum yang berisi banyak fish ball dan seafood. "Rasa asamnya enak, tidak terlalu manis, tapi jelas butuh tambahan bumbu," kata Wiens sambil menaburkan banyak bubuk cabai dan cuka. Sebelum makan mie, ia juga memastikan tangannya bersih dengan pakai hand sanitizer yang dibawanya sendiri.
Baca Juga: Setelah Sebulan Dilarang, Warga Thailand Berebut Stok Bir
3. Perosotan mini untuk menyerahkan uang dan botol minuman
![]() |
Petualangan Wiens berlanjut ke Krua Porn La Mai, gerai minuman terkenal di Yaowarat. Tampilan gerai langsung mencuri perhatian karena ada perosotan mini di depannya. Penjual juga mengenakan masker saat melayani pengunjung.
Minuman di sini bernama 'Bitter Liquid' yang merupakan minuman kesehatan berbahan racikan herba China. Usai memesan beberapa botol, nampak penjual menyerahkan kantong lewat perosotan mini. Dengan begitu penjual dan pembeli tidak saling berdekatan. Ada jarak yang memisahkan mereka untuk mencegah penularan virus Corona.
Uang untuk membayar lalu ditaruh di penyerok bergagang panjang. Nantinya kalau ada kembalian, ditaruh lagi di penyerok berlapis plastik itu. Soal rasa, menurut Wiens penyematan nama 'bitter' pada minuman tak main-main karena rasanya memang pahit.
4. Meja-meja dibuat berjarak
![]() |
Mampir ke Krua Porn La Mai, Wiens menikmati berbagai sajian hot plate yang terkenal enak di sini. Saat ia datang, penjual bahkan masih siap-siap buka. "Ini situasi meja di sini. Ada pembatas plastik yang diganjal dengan pipa PVC untuk pengunjung yang santap berhadapan," jelas Wiens.
Wiens menyadari kalau sebelumnya jarak antarmeja tidak begitu jauh, tapi kini penjual street food nampak memberi jarak yang lebih jauh. "Dan mereka juga menyediakan alkohol cuci tangan untuk pengunjung di tiap meja. Ini sangat keren," tutur Wiens.
Pegawai juga nampak mengenakan sarung tangan dan masker saat melayani Wiens. Meski ada juga yang tidak memakainya. Salah satu sajian di sini, hoy tod nampak mengguggah selera. Tampilannya seperti telur dadar garing berisi kerang atau tiram di dalamnya.
Baca Juga: Semangat! Bocah 10 Tahun Ini Jual Sayur Keliling untuk Bantu Kakek Neneknya
5. Ada penjual yang menerapkan open kitchen
![]() |
Petualangan Wiens menjajal street food berakhir di penjual pathongo, donat China yang populer di Thailand. Bentuknya seperti cakwe, namun rasanya manis dengan potongan yang lebih kecil. Nampak penjual pathongo menunjukkan proses pembuatan menu layaknya open kitchen.
Adonan terigu yang panjang akan dipotong-potong kecil. Kemudian dua buah potongan kecil disatukan lalu digoreng bersamaan dalam minyak panas. Untuk memakannya, bisa dimakan polos atau dicelup ke cocolan srikaya pandan yang creamy manis.
Di akhir video, pemilik 6,6 juta subscriber YouTube ini mengatakan, "Kita telah menyelesaikan mini food tour di area Chinatown Bangkok. Kita semua butuh makan dan makanan menjadi bagian besar dalam ekonomi. Sangat bagus juga kita bisa mendukung penjual street food dan restoran, tapi saat ini saya rasa masih lebih baik makan di rumah atau pesan makanan untuk dikirim ke rumah."
Simak Video "Rahasia Mark Wiens Makan Banyak tapi Berat Badan Tetap Terjaga"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)