Celebrity chef Indonesia bicara soal bisnis restoran saat pandemi COVID-19. Mulai dari tantangan yang mereka hadapi hingga strategi untuk mengatasinya.
Indonesian Gastronomy Association menyelenggarakan webinar bertajuk "Chef Talks: During a pandemic & impact on their business" pada Minggu malam (10/5). Para celebrity chef Indonesia mengungkap pandangan mereka soal bisnis restoran di masa sulit ini.
Ada Chandra Yudaswara, Bara Pattiradjawane, Ragil Imam Wibowo, Vindex Tengker, dan Mandif Warokka yang jadi pembicara utama. Mereka diberi waktu masing-masing 10 menit untuk bercerita mengenai bisnis restoran yang mereka jalani sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelimanya setuju bahwa pandemi COVID-19 memberi dampak besar pada bisnis restoran, namun semuanya berusaha mengatasi dengan berbagai strategi. Mulai dari fokus menata layanan antar makanan hingga membuat cloud kitchen yang bisa menghasilkan keuntungan.
Berikut cerita 5 celebrity chef Indonesia soal tantangan dan cara menyiasati bisnis restoran di tengah pandemi COVID-19:
1. Chandra Yudaswara
Foto: Instagram chefchandra_y
|
Terkenal sebagai presenter acara masak di televisi, chef Chandra Yudasswara juga mengelola bisnis restoran Portable. Kini restorannya tetap buka, namun melayani pesan antar makanan saja. Meski begitu, ia menaruh perhatian serius pada kemasan makanan yang dikirim.
"Soal kemasannya, penting ada message. Kemarin saya coba kirim dengan tulisan pesan-pesan positif. Penerima nanti akan merespons, ada tulisan dari chef nih menyemangati. Karena saya yakin orang-orang mau nikmatin mulai dari buka kemasan," ujar chef Chandra. Ia menambahkan, "Saya bilang ke tim kita harus lebih kreatif lagi dari segi kemasan. Supaya ada engagement dengan mereka."
Mengenai tren restoran beralih ke digital, chef Chandra mengatakan hal itu tak bisa dipungkiri. "Tapi restoran klasik nggak akan pernah hilang. Ke depan kita akan bangkit lagi. Semua orang ingin nikmatin megang gelas dingin atau melihat pemandangan restoran. Itulah yang nggak bisa kita dapat dari digital. Jadi yang punya restoran sekarang, kita harus terus berpikir kejar balik dari nol atau dari minus untuk recovery. Kita wait and see, menunggu, dan fokus," tutupnya.
Baca Juga: Chef Chandra Yudaswara Ajak Berbagi Makanan untuk Tenaga Medis Covid-19
2. Bara Pattiradjawane
Foto: Instagram barasupercook
|
Chef Bara memberi pendapat dalam kapasitasnya sebagai social media presenter. Ia kini tak mengelola restoran, namun memberi pendapat soal pentingnya peran media sosial dalam mempertahankan bisnis restoran di tengah pandemi COVID-19.
"Jualan online sangat penting saat ini. The power of social media harus dipikirkan sekali. Twitter lagi comeback di kalangan millennial yang suka jajan," katanya. Ia juga sempat menyinggung soal fitur WhatsApp bisnis yang harus dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemilik restoran atau usaha kuliner.
"Tidak sekadar ya atau tidak, tapi ajak ngobrol pelanggan yang memesan. Mungkin itu bisa jadi kebiasaan baru, memang butuh effort. Harus ditangani dengan serius banget. Karena ini yang akan menjadi senjata kita setelah pandemi berakhir," ujarnya. Chef Bara menambahkan, "Harus dari sekarang mulai benar-benar memikirkan kepuasan pelanggan lewat media sosial."
3. Ragil Imam Wibowo
Foto: dok. detikFood
|
Foto: dok. detikFood
Chef Ragil merasakan dampak luar biasa dari pandemi COVID-19 pada bisnis restorannya. "Di restoran kami yang tadinya ada 9 outlet, sekarang tinggal 1 outlet. Hampir 300 karyawan dirumahkan. Sekarang hanya tinggal sekitar 10 orang untuk 2 konsep restoran (take away dan delivery)," ujarnya.
Ia menilai masalah sejatinya memang selalu ada untuk tiap usaha. "Cara yang paling memungkinkan adalah going digital," tambahnya. Namun soal makanan yang dijual, chef Ragil menilai ada tantangan lagi soal selera konsumen di Jakarta yang berubah cepat. "Ini yang menantang buat pelaku bisnis. Pasar mana yang mau kita tuju," kata pemilik Nusa Indonesian Gastronomy ini.
Chef Ragil juga mengatakan pandemi COVID-19 bisa membuat tren restoran berubah ke depannya. Dari segi kapasitas restoran, misalnya, dari 120 pengunjung mungkin hanya akan 30-40 pengunjung saja nantinya. Karenanya ia berharap ada perubahan kebijakan soal biaya sewa dan upah karyawan yang mungkin bisa diubah sistemnya jadi membayar per jam.
Baca Juga: Rahasia Chef Ragil Ubah Tampilan Gulai hingga Rendang Jadi Modern
4. Vindex Tengker
Foto: Instagram chef_vindex_tengker
|
Chef Vindex mengungkap selama 30 tahun bekerja di bidang perhotelan, baru kali ini ia mendapati hunian di hotel hanya satu atau dua persen saja. Fakta ini mengungkap betapa beratnya dampak pandemi COVID-19.
Pun untuk bisnis restoran. Karenanya ia mengatakan layanan takeaway dan delivery akan tetap berjalan. Dibarengi dengan munculnya industri rumahan. "Sekarang kita bisa lihat oven dan mixer laku keras. Semua orang mau jadi baker, ini bisa jadi usaha," katanya.
Chef Vindex menekankan ada potensi bisnis di tengah pandemi COVID-19. Menurut chef yang pernah jadi konsultan kuliner Garuda Indonesia ini, jenis makanan yang dijual tidak perlu beragam, namun fokus di satu jenis makanan saja. "Look at your self, bisanya apa, Mulai dari apa yang bisa dibikin lalu dikembangkan. Stay with one thing, make it consistent, make it good. Supaya bisa berlanjut nanti," katanya.
5. Mandif Warokka
Foto: Instagram mandifwarokka
|
Hal berat juga dirasakan chef Mandif Warokka saat pandemi COVID-19. "Saya memiliki beberapa outlet restoran. Selama saya kerja, ini adalah hal yang sangat berat. Untuk saya, staff saya, keluarga staff saya. Ini bukan hal main-main," tuturnya.
Ia mengambil pelajaran dari situasi saat ini. "Industri food and beverage besar pun collapse. Saya sekarang cuma ada 3 outlet yang bergerak. Ternyata bisnis harus ada cadangan dana, paling tidak 3 bulan cash flow. Alokasi dana nggak main-main karena kita nggak tau kejadian ke depan ini," tuturnya.
Untuk solusinya, chef Mandif bilang ada dua. Dari pemerintah dan dari pelaku bisnis restoran berupa solusi kreatif. "At least buat bayar listrik aja, jangankan untung. Beban lumayan besar," tambahnya. Karenanya ia berinisiatif menyewakan dapurnya alias konsep cloud kitchen.
"Mereka hanya bayar sewa dan akhirnya bisa punya online business sendiri. Small branding can grow. Dampaknya kepada restoran, small branding mereka ini bukan berarti nggak enak. Shifting trend terjadi pada saat ini. Ke depannya kita akan lihat," tutup chef Mandif.