Shabu-shabu berupa irisa daging sapi tipis dengan sedikit lemak yang direbus langsung dalam kaldu dashi mendidih. Shabu-shabu dilengkapi aneka pilihan sayuran segar, hingga saus pencelup yang gurih enak.
Tak hanya di Jepang saja, shabu-shabu juga populer di negara lain, termasuk di Indonesia. Shabu-shabu sendiri memiliki arti 'Japanese Hot Pot', tapi arti dari kata shabu-shabu ini sebenarnya punya sejarah yang cukup panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Begini Cara Tepat Nikmati Shabu-shabu Wagyu Australia ala Chef Resto Jepang
Asal muasal shabu-shabu
Foto: Istimewa
|
Dari sana, banyak orang di Kyoto yang mendengar tentang kebiasaan orang China makan daging di musim dingin. Akhirnya banyak orang yang mulai meletakan irisan daging sapi tipis dengan nasi putih, yang disiram dengan teh hijau panas.
Dari sini lah pemilik restoran shabu-shabu Eirakucho Suehiro Honten, mulai menelusuri menu daging rebus ini. Kemudian pada tahun 1952, akhirnya ia resmi menambahkan menu 'shabu-shabu' ke dalam menu restorannya, yang membuat restorannya laku keras hingga saat ini.
Perkembangan Menu Shabu-shabu
Foto: Istimewa
|
Selain itu pihak Suehiro juga ingin memastikan, bahwa semua tamunya bisa menikmati daging berprotein ini dalam anjuran yang pas. Akhirnya mereka terus mencoba irisan daging tipis ini, agar lebih enak saat dikonsumsi.
"Kakek saya, sudah memiliki konsep makanan ini. Yaitu hot pot gaya mizutaki, yang disajikan dengan aneka sayuran, lalu irisan daging sapi wagyu Matsuzaka, dan tambahan saus wijen. Tapi beliau tidak bisa menemukan nama menu yang tepat," jelas Ichiro Miyake, selaku direktur utama dari Eiraku-cho Suehiro Honten Co.
Sejarah nama Shabu-shabu
Foto: Istimewa
|
Handuk untuk tangan itu dicuci dalam wadah besar, berisi air. Karena wadah itu lah, ia jadi teringat dengan irisan daging tipis yang dicelupkan ke dalam kuah kaldu, dan mirip seperti proses pencucian handuk. Ia pun tertarik dengan suara dari cucian handuk itu.
"Kakek saya tertarik dengan suara dari pencucian handuk tangan itu. Orang-orang di Osaka, suka kata-kata onomatopoeia, atau kata yang dibuat dari suara benda. Jadi lah kakek saya memutuskan bahwa suara dari cucian handuk itu terdengar seperti shabu-shabu," jelas Miyake.
Bahan yang digunakan
Foto: Istimewa
|
Selain itu ciri khas shabu-shabu terletak pada saus yang digunakan. Menurut Miyake, wijen punya kandungan minyak yang tinggi dan membuat aroma makanan jadi lebih harum. Hal itu lah yang membuat mereka menggunakan saus wijen, yang membutuhkan sekiranya waktu 10 jam, untuk menghaluskan biji wijen.
Selain wijen, terdapat juga tambahan cuka beras dan kecap asin, yang membuat rasa hidangan shabu-shabu ini lebih enak dan gurih. Tapi tak hanya terbatas bahan-bahan di atas saja, banyak juga topping shabu-shabu lainnya sesuai selera.
Sukses hingga sekarang
Foto: Istimewa
|
"Rumor menyebar dengan luas tentang makanan terbaru ini, dengan nama yang aneh," jelas Miyake. Selain namanya yang aneh, penyajian makanannya juga unik, karena di masak dalam satu pot atau wadah yang sama. Sehingga jauh lebih kekeluargaan, ketika dimakan bersama keluarga hingga teman.
Seiring berjalannya waktu, menu shabu-shabu ini tentunya telah mengalami banyak perkembangan. Mulai dari cita rasa, hingga bahan-bahan yang digunakan untuk membuat dashi yang lebih gurih.
"Sejak jaman dulu, shabu-shabu sudah menjadi bagian dari budaya makan hot pot di Jepang. Banyak orang yang makan di restoran, dan ada juga yang makan di rumah. Sehingga budaya hot pot ini, memberikan fungsi yang penting, yaitu untuk mempererat hubungan pertemanan hingga pengertian," pungkas Miyake.
Baca Juga: Hidangan Kuno Asal China yang Populer di Jepang dan Korea
Halaman 2 dari 6