Meskipun Renyah Enak, Gorengan Tak Menyehatkan, Ini 7 Alasannya

Meskipun Renyah Enak, Gorengan Tak Menyehatkan, Ini 7 Alasannya

Sonia Basoni - detikFood
Selasa, 27 Agu 2019 13:00 WIB
Meskipun Renyah Enak, Gorengan Tak Menyehatkan, Ini 7 Alasannya
Jakarta - Makanan yang digoreng disajikan di seluruh dunia. Makanan ini digemari, karena punya rasa gurih dan renyah. Tetapi makanan ini tak menyehatkan.

Mulai dari kentang goreng, ayam goreng, ikan goreng, hingga pisang goreng merupakan makanan 'sejuta umat' yang digemari banyak orang. Tapi menurut ahli gizi Kayla McDonell, ada beberapa fakta mengapa sebaiknya Anda mengurangi asupan makan yang digoreng, seperti dilansir dari Healthline (27/08).

Baca Juga: Restoran Ini Sediakan Menu 'Udara Goreng,' Kayak Apa?

Tinggi Kalori

Foto: iStock
Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bahwa makanan yang digoreng memiliki berkalori tinggi. Dibandingkan mengolah masakan dengan teknik lainnya, kebanyakan makanan yang digoreng ini sebelumnya berbalut tepung, lalu bermandikan minyak goreng sehingga kalorinya makin tinggi.

Kayla menjelaskan bahwa 100 gram kentang panggang, hanya mengandung 93 kalori dan 0% lemak. Sementara kentang goreng 100 gram, mengandung 319 kalori, dengan kadar lemak mencapai 17 gram. Jadi dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi banyak makanan yang digoreng, dapat meningkatkan asupan kalori harian secara signifikan.

Tinggi Lemak

Foto: iStock
Makanan yang digoreng biasanya mengandung banyak lemak trans, atau salah satu lemak tak jenuh yang terbentuk saat cairan minyak menjadi lemak padat. Contohnnya makanan digoreng dengan minyak panas, makan kandungan dari minyak itu akan menjadi lemak padat di dalam makanan tersebut.

Lemak ini dapat meningkatkan kolestrol jahat atau LDL, sehingga berbahaya untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit jantung. Kandungan dalam lemak trans juga berimbas pada penurunan kadar kolestrol baik atau HDL. Selain itu, lemak trans sudah dikaitkan dapat meningkatkan risiko terserang beberapa penyakit seperti, kanker, diabetes, dan obesitas.

Risiko Penyakit Jantung

Foto: iStock
Banyak penelitian yang menemukan adanya hubungan antara pola menyantap makanan yang digoreng, dengan penyakit jantung yang kronis. Seperti yang diketahui sebelumnya, makanan yang digoreng ini erat kaitannya dengan peningkatan risiko diabetes 2, penyakit jantung, dan obesitas.

Mengapa makanan yang digoreng bisa jadi berbahaya? Karena makanan ini dapat meningkatkan darah tinggi, dan menurunkan kolestrol baik (HDL), yang dapat memicu serangan jantung. Bahkan menurut beberapa studi, para peneliti menemukan bahwa semakin sering seseorang menyantap makanan yang digoreng, maka semakin tinggi pula risiko terserang penyakit jantung.

Hal ini dibandingkan dengan orang-orang yang menyantap buah-buahan, serta sayuran. Di mana mereka memiliki risiko lebih rendah untuk terserang beberapa penyakit.

Mengandung Akrilamida

Foto: iStock
Akrilamida atau acrylamide adalah salah satu senyawa organik, yang sering disebut sebagai zat beracun di dalam makanan. Akrilamida ini biasa terbentuk, ketika makanan dimasakn dalam suhu yang tinggi, salah satunya digoreng. Zat ini terbentuk dari reaksi kimia antara gula dan asam amino, yang disebut asparagine.

Makanan yang berminyak seperti kentang goreng, memiliki tingkat akrilamida yang lebih tinggi. Menurut studi yang dilakukan pada hewan, akrilamida dapat meningkatkan risiko terserang beberapa jenis kanker. Tapi tentunya, penelitian lebih lanjut tentang dapat akrilamida ini dibutuhkan, apakah efek akrilamida ini juga sama ke tubuh manusia. Hanya saja para peneliti menyarankan untuk mengurangi asupan makanan yang digoreng.

Meningkatkan Risiko Kematian

Foto: iStock
Sudah banyak studi atau penelitian yang membahas tentang dampak dari makanan yang digoreng. Baru-baru ini sebuah penelitian yang dilakukan University of Iowa, Amerika, menemukan adanya hubungan antara risiko kematian dan makanan yang digoreng.

Para peneliti menemukan bukti bahwa mengonsumsi makanan yang digoreng, dapat mempengaruhi kesehatan jantung, meningkatkan diabetes, hingga meningkatkan risiko kematian dini. Menurut data yang mereka himpun setidaknya ada 9.320 kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung, dan 8.358 kasus kematian yang disebabkan kanker.

Mengurangi Nutrisi Makanan

Foto: iStock
Menggoreng makanan dalam minyak yang panas, bisa mengurangi kandungan nutrisi yang ada dalam makanan tersebut. Bahkan makanan yang digoreng ini bisa mengandung karsinogenik, yaitu senyawa kimia yang dapat memicu kanker.

Karsinogen ini muncul dari minyak goreng yang sudah pernah dipakai, di mana dapat menyerap vitamin hingga mineral yang ada di dalam makanan. Sehingga ahli gizi Kayla McDonell, menyarankan untuk mengganti metode menggoreng makanan dengan teknik masak yang lebih sehat seperti kukus atau panggang.

Berisiko

Foto: iStock
Ketika menggoreng makanan dalam minyak yang panas, biasanya cipratan minyak akan keluar dan bisa tersambar dari api kompor, yang dapat meningkatkan risiko kebakaran. Apalagi jika tak sengaja memasukkan, air ke dalam minyak goreng yang masih panas.

Saat menggoreng makanan, Anda harus ekstra berhati-hati dan tak boleh lengah. Karena lengah sedikit saja, bisa membahayakan keselamatan Anda dan tentunya kejadian-kejadian yang tak diinginkan.

Baca Juga: Apakah Makanan yang Digoreng Baik Buat Sarapan? Ini Faktanya
Halaman 2 dari 8
(sob/odi)

Hide Ads