Makanan kaki lima jadi andalan banyak orang saat sedang lapar dan tak punya banyak uang. Sebab makanan yang dijajakan di pinggir jalan ini harganya relatif terjangkau. Umumnya juga disajikan dalam porsi lumayan besar.
Tak perlu takut bosan karena makanan kaki lima begitu banyak jenisnya. Ada yang berupa kue-kue manis, jajanan gurih, hingga makanan berat seperti nasi uduk, nasi goreng, atau mie ayam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menjangkau makanan kaki lima tidaklah sulit karena mereka biasanya berkumpul di pinggir jalan. Meski begitu sekarang di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia, pedagang makanan kaki lima sudah mulai diatur keberadaannya.
Bahkan ada kawasan makanan kaki lima yang jadi tersohor. Di beberapa daerah, jajanan kaki lima selalu ada di pusat kota dan tempat startegis. Jika di jakarta ada di Jalan Sabang, kawasan Setiabudi, atau di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Tak ketinggalan Blok S, Blok M dan beberapa kawasan lain yang disebut Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera).
Baca Juga: Jajanan Kaki Lima yang Wajib Dicoba Saat Ada di Kawasan Pecinan
Menilik sejarahnya, makanan kaki lima bukanlah hal baru di Indonesia. Konon beberapa panel bas-relief Borobudur menampilkan penjaja makanan dan minuman di zaman dahulu.
![]() |
Hal tersebut menandakan usaha makanan kecil sudah ada sejak abad ke-9 di Jawa. Sementara prasasti zaman Majapahit di abad ke-14 juga menyebut penjaja makanan dan minuman sebagai salah satu profesi masyarakat Jawa di era itu.
Dalam perkembangannya, makanan kaki lima yang dijual di Indonesia mendapat pengaruh dari budaya lain. Seperti mie dan bakso yang merupakan masakan khas China.
Sate yang mulai dijajakan di awal abad ke-19 juga merupakan pengaruh dari kebab India. Sate merupakan versi lokal untuk kebab tersebut. Tak ketinggalan, kue-kue manis seperti kue cubit yang kabarnya adonannya mirip kue poffertjes Belanda.
![]() |
Sejarah nama 'kaki lima' tak kalah menarik. Ada yang menyebut 'kaki lima' merujuk pada jumlah 'kaki' orang yang berjualan di pinggir jalan. Dua kaki adalah kaki manusia sungguhan, sementara tiga 'kaki' adalah dua roda gerobak plus penyangganya.
Versi lain asal-usul nama 'kaki lima' adalah karena merupakan terjemahan 'five feet.' Sebuah istilah yang menunjukkan lebar trotoar sebagai syarat yang ditetapkan pemerintah Belanda kala mengatur Batavia di zaman dahulu.
Trotoar itu harus selebar five feet atau sekitar 152 cm. Sayang kehadiran trotoar dulu ikut dimanfaatkan para pedagang makanan untuk berjualan. Dari sinilah konon muncul istilah 'makanan kaki lima'.
![]() |
Baca Juga: Puaskan Selera Dengan 5 Jajanan Kaki Lima Enak yang Ada di Penang, Malaysia
Makanan kaki lima hingga kini masih terus digemari. Jenisnya semakin berkembang dan beragam. Walau harganya murah meriah, nyatanya makanan kaki lima digemari semua masyarakat termasuk kelas atas.
Terkadang harga memang tak jadi indikator kelezatan suatu makanan. Makanan kaki lima bisa tetap enak meski harganya tak semahal di restoran atau suasana bersantapnya tak senyaman di restoran.
Pada ulasan kali ini detikFood akan membahas serba-serbi makanan kaki lima di Jakarta. Utamanya soal rekomendasi makanan kaki lima yang enak dan wajib dicoba. Para foodies sebaiknya tak melewatkan ulasan kali ini. Simak terus detikFood untuk info lengkapnya ya!
(adr/odi)