Kepada detikFood (11/7), pakar kuliner Indonesia ternama William Wongso berbagi pengalaman saat jadi Penasehat Kuliner Garuda Indonesia tahun 2005 hingga 2012. Utamanya soal penyajian menu tradisional Indonesia yang jadi andalan.
Nah, dari sekian banyak menu Indonesia, ada kriteria memilih menu yang tepat untuk disajikan di pesawat. "Yang mudah diolah sebagai makanan penerbangan. Yang dapat diperoleh bahannya dimana-mana," kata William. Ia juga mempertimbangkan menu-menu Indonesia yang memang sudah populer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga: Heboh Garuda, William Wongso: Menu di Pesawat Itu Rumit
"Selain rendang, nasi goreng sudah pasti, opor ayam nasi liwet, terus nasi uduk. Nasi minyak Jambi juga bisa dengan daging masak hitam. Yang diutamakan nasi tradisional dengan lauk-lauknya," lanjut pria 72 tahun ini. Guna menjaga cita rasanya tetap autentik dan sama, ia selalu menyarankan penggunaan bumbu jadi, terutama untuk penerbangan internasional.
Penggunaan bumbu jadi, menurut William, juga banyak dilakukan maskapai lain. "Mereka pakai bumbu jadi lalu nanti dikirim. Misalnya bumbu rendang, bumbu nasi goreng, dan bumbu nasi liwet udah jadi," katanya.
![]() |
Kriteria lain dari pemilihan menu Indonesia untuk di pesawat adalah yang tidak terlalu basah atau berkuah. "Kalau ada sausnya juga dibikin kental," sambung William. Ia juga memberi tips agar pemilihan menu tidak menyulitkan ke depannya.
William berujar, "Kuncinya cuma satu. Jangan cari bahan makanan yang kearifan lokalnya terlalu kuat. Cari yang gampang diperoleh. Misalnya jangan tau-tau minta terong asem atau kecombrang."
Soal cita rasa, William mengatakan tak pernah terlalu menyesuaikan bumbu saat dirinya jadi Penasehat Kuliner Garuda Indonesia, meski menu Indonesia akan dimakan orang asing. "Nggak terlalu ada penyesuaian. Pokoknya dibuat nggak pedes dan makanannya juga harus tahan lama," timpalnya.
![]() |
Ia sempat menyoroti menu-menu pesawat yang akhir-akhir ini jarang menyajikan olahan daging sapi. "Memang sekarang daging itu agak susah kalau saya pantau karena daging kan memang lebih mahal daripada ayam. Alasan ekonomi pasti. Penerbangan itu paling mudah dicut (anggarannya) itu makanan. Makanan masih ada variabel costnya, masih bisa bervariasi. Tapi kalau avtur dan orangnya, anggaran kan nggak bisa dikurangin," ujar William.
Soal pengalaman menyenangkannya dengan menu pesawat, ia juga memuji menu yang disajikan Garuda Indonesia dalam penerbangan menuju Jeddah baru-baru ini. "Saya makan kambing briyani dan nasi tomat. Enak banget sampai aku habis (makanannya). Jarang-jarang aku habis," tutup William.
Baca Juga: Resto Chef Arnold-Kaesang-Gibran Buat 'Peraturan' Baru Soal Foto di Restoran
(adr/odi)