Rebecca Seow sering mengalami masalah pencernaan meskipun ia sering diet rendah kalori, rendah lemak, rendah garam, hingga rendah lemak. Gangguan pencernaan ini, membuat wanita asal Singapura ini meneliti kembali pola dietnya.
Baca Juga: Gula dan Karbohidrat Lebih Berbahaya daripada Makanan Berlemak
![]() |
Dikabarkan Asia One (01/05), Rebecca juga didiagnosa menderita diabetes gestasional selama kehamilan kedua, dan peluangnya terkena diabetes tipe 2 jauh lebih tinggi. Akhirnya ia memutuskan untuk memulai diet rendah gula.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu menu makanannya ada telur, sayuran tumis, daging paha ayam, krim keju, hingga paprika. Untuk camilannya, dia lebih memilih makanan dengan lemak sehat. Seperti kacang almond, macadamia, hingga susu kefir.
![]() |
Karena pola diet tanpa gulanya ini, membuat Rebecca jarang makan di luar, dan lebih sering masak sehingga pola makannya jauh lebih sehat. Meski begitu, Rebecca tetap bisa makan di luar. Tentunya dengan pilihan makanan yang teliti.
"Banyak teman yang khawatir, karena saya memotong gandum dan pati dari diet saya. Mereka khawatir bahwa pola makan saya tidak seimbang. Tapi saya meyakinkan mereka bahwa saya makan hingga kenyang, dan saya mengonsumsi makanan rendah gula.
Selain merasa jauh lebih sehat, wanita berusia 37 tahun ini juga mengalami penurunan berat badan sebanyak 10kg dalam 15 bulan. Ia juga memiliki suasana hati yang lebih stabil, dan perutnya tidak mudah kembung. Lewat diet rendah gula ini, telah membantunya untuk mengembalikan status pradiabetiknya.
![]() |
"Dulu saya paling tidak bisa lewat toko kue tanpa membeli sesuatu dari sana. Tapi sekarang saya merasa terbebas dari cengkeraman kecanduan gula, dan saya bisa mengendalikan keinginan saya untuk menyantap makanan manis dalam kontrol yang baik," pungkas Rebecca.
Sebelumnya seorang wanita bernama Carolyn Hartz memutuskan untuk berhenti mengonsumsi gula sejak hampir 30 tahun silam.
Baca Juga: 28 Tahun Tidak Konsumsi Gula, Wanita 70 Tahun Ini Tetap Cantik dan Awet Muda
(sob/odi)