Setiap makanan yang tak dikonsumsi atau tersisa dari maskapai penerbangan selalu dibuang. Limbah makanan ini menjadi masalah dalam industri makanan pernerbangan di dunia juga di Singapura.
Untuk itu perlu ada cara mengurangi limbah makanan yang dibuang oleh maskapai. Perusahaan katering pesawat Sats di Singapura, memperkenalkan teknologi baru untuk memperpanjang masa penyimpanan setelah dimasak.
![]() |
Dikabarkan oleh Strait Times (11/03), makanan segar yang baru selesai dimasak bisa didinginkan, lalu disimpan selama 90 hari tanpa bahan pengawet. Di mana biasanya, metode penyimpanan ini hanya bertahan sekitar 48 jam saja atau sekitar 2 hari.
Makanan di pesawat ini biasanya disebut 'ready-to-eat-meals', atau makanan siap saji. Katering Sats biasanya menyajikan hidangan seperti chicken rice, chicken briyani, beef stroganoff, pasta alfredo, hingga black pepper chicken udon. Nantinya, semua makanan ini bisa disimpan selama 6 hingga 24 bulan, di luar lemari pendingin.
Agar makanan tetap awet, Sats menggunakan metode pasteurisasi dan sterilisasi dalam setiap makanan. Pasteurisasi merupakan metode untuk menghangatkan makanan, guna mengurangi pertumbuhan mikroba dalam makanan. Sementara sterilisasi digunakan untuk memberikan panas, serta tekanan agar semua bakteri dan aktivitas enzim menghilang.
![]() |
Menurut Profesor William Chen, selaku direktur dari Food Science and Technology Programme di Nanyang Techonlogical University. Makanan cenderung tidak awet jika terpapar lingkungan, sehingga terjadi pertumbuhan mikroba dan reaksi lainnya. Hal ini lah yang menyebabkan perubahan nilai gizi, hingga rasa dari makanan tersebut.
Namun, jika diproduksi dan dikemas dengan benar. Maka makanan-makanan ini bisa disimpan, dan aman untuk dikonsumsi selama bertahun-tahun.
"Untuk makanan di pesawat, sebaiknya dipisahkan kemasannya. Seperti makanan yang berair, hingga makanan yang kering. Karena makanan yang berair dapat mendorong mikroba untuk berkembang biak, sehingga menyebabkan makanan jadi cepat basi," tutur William.
"Metode yang dikembangkan Sats ini cukup signifikan, sehingga dapat membantu mengurangi limbah makanan. Sekaligus limbah dari kemasan makanan," tuturnya.
![]() |
Menurut beberapa data, setidaknya industri pesawat di dunia membuang 5.2 juta ton sampah di tahun 2016. Termasuk limbah makanan, yang diprediksi akan terus meningkat dua kali lipat di tahun yang akan datang.
"Alih-alih mengonsumsi makanan buatan pabrik yang penuh dengan bahan pengawet. Kini setiap orang bisa menikmati makanan yang mereka suka dengan aman. Termasuk meminimalisir pertumbuhan limbah makanan," pungkas Alex Hungate, selaku Sats President and Chief Executive Officer.
Baca Juga: Selain Rasanya Kurang Enak, Makanan di Pesawat Juga Tinggi Kalori
(sob/odi)