Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 12 kabupaten dan 1 kota. Dari ke-13 daerah otonomi ini hanya kota Palu saja yang tidak memiliki tanaman kopi. Artinya Sulawesi Tengah termasuk penghasil kopi yang produktif.
Daerah penghasil kopi paling produktif ada di Poso namun luas areal perkebunan kopi yang paling luas adanya di Sigi. Sementara Donggala tidak memiliki areal yang sangat luas namun kopi yang dihasilkan juga terbilang cukup banyak.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Buku Pintar Kopi yang ditulis Edy Panggabean pada 2011 lalu, tercatat penghasil kopi terbesar di Sulteng adalah Kecamatan Bungku Utara di Kabupaten pemekaran di Morowali Utara. Data tahun 2006 ini mencatat kawasan ini menghasilkan 18,13 ton kopi dalam sekali masa panen.
Di Sulteng, Kabupaten Sigi dan Poso adalah daerah yang memiliki sejarah perkopian paling panjang. Kebun-kebun kopi di daerah ini sudah ditanam sejak era kolonialisme Belanda. Lambat laun, penyebaran tanaman kopi semakin luas hingga ke kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Kulawi, Pipikoro, Palolo dan kawasan lembah sekitar daerah Poso.
Di Pipikoro ada kopi bernama kopi Toratima. Kopi unik ini merupakan hasil fermentasi alami dari kelawar, tikus dan tupai. Bedanya dengan kopi luwak, kopi toratima tidak difermentasi dalam sistem pencernaan hewan.
![]() |
Baca juga : Tahun 1900 Kopi Jadi Alat Barter Senjata di Sulsel Demi Lawan Belanda
Kopi ini tidak dijual dengan bebas karena masyarakat hanya mengonsumsi sebagai kebutuhan harian atau suguhan bagi tamu.
Karena diproses secara tradisional, secara umum kopi Sulteng punya karakter rasa yang unik. Aromanya menyeruak kuat sementara rasa kopinya sedikit gurih. Cita rasa kopi yang spesial ini membuat masyarakaat Sulteng bangga dengan kopi lokalnya.
Tonton juga 'Mantul! Minum Arabika Kerinci Sambil Makan Lupis':
(dvs/odi)