Baik bir Jerman maupun soju Korea, keduanya merupakan minuman beralkohol. Meskipun sama-sama beralkohol tapi keduanya berbeda dari bahan, proses, rasa hingga kandungan alkoholnya.
Lantas apa bedanya dan bagaimana minuman ini dikonsumsi masyarakat di negaranya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bahan baku utamanya adalah air, tanaman hop dan gandum. Semuanya difermentasi hingga menghasilkan bir bercita rasa khas. Pada 2012, Jerman menduduki peringkat ketiga di Eropa dalam hal konsumsi bir terbanyak.
Saking pentingnya bir di tengah masyarakat Jerman, sampai ada perayaan spesial untuk bir misalnya Oktoberfest yang digelar rutin setiap tahunnya.
![]() |
Bir Jerman dibuat dalam tong-tong kayu besar yang disimpan dalam sebuah ruangan yang disebut 'gudang bir.' Setiap bir di Jerman memiliki karakteristik yang beragam, kandungan alkoholnya antara 4,7% dan 5,4% ABV. Namun ada jenis bir Jerman yang memiliki ABV hingga 16%.
Lain lagi dengan soju, minuman beralkohol asal Korea. Dilansir dari Patch (28/6) soju berasal dari abad ke-13 yang saat itu hanya disuling secara sederhana dari beras putih.
Sekitar tahun 1965, soju berkembang dan diolah dari ubi jalar dan jagung karena pihak pemerintah Korea melarang penggunaan beras untuk membuat soju. Alasannya untuk menghemat persediaan beras.
![]() |
Dahulu soju sangat pekat, namun sekarang soju lebih ence dengan kandungan alkohol yang lebih rendah. Kadar alkoholnya sekitar 17 hingga 25 persen sehingga banyak orang bisa menikmatinya.
![]() |
Soju biasa dinikmati dengan gelas kecil sekali teguk. Soju dianggap lebih enak ketika dinikmati dalam keadaan dingin. Warnanya kekuningan dengan aroma mirip sake Jepang.
Rasanya yang ringan menjadikan soju cocok disandingkan dengan beberapa makanan Korea seperti samyeopsal atau olahan perut babi khas Korea. Harganya yang relatif murah membuat soju jadi minuman alkohol andalan warga Korea. (dvs/odi)