Terletak di pusat kota Maros, tepatnya di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, sebuah danau buatan seluas 2 hektare membentang. Di sekeliling danau ini, ada ratusan pedagang kaki lima yang menjajakan aneka ragam kuliner dari minuman hingga makan.
Anda bisa memilih makanan tradisional maupun makanan kekinian. Namun, lebih asyik mencicipi aneka kuliner tradisional yang mulai punah namun masih tetap diminati oleh banyak pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Putu Cangkiri ini tidak akan lengkap jika tidak disandingkan dengan minuman khas yang dikenal dengan nama Sarabba. Di Pulau Jawa, Sarabba ini dikenal dengan nama wedang jahe atau Bajigur, hanya saja, minuman khas Bugis-Makassar ini lebih banyak memakai campuran rempah.
Baca Juga: Bajigur dan Saraba, Minuman Hangat nan Nikmat Khas Indonesia
"Setiap senja sampai malam, tempat ini memang sangat ramai. Bukan hanya bagi muda-mudi, tapi juga banyak keluarga. Mereka ke sini untuk menikmati pemandangan dan juga mencicipi kuliner yang beragam," kata salah seorang pengunjung, Nurhana, Selasa (13/3/2018).
Di tempat ini, Anda tidak usah merogoh kocek yang banyak untuk sekedar duduk dan nongkrong. Selain telah disiapkan tempat duduk dengan taman-taman rimbun, harga makanannya ramah dikantong. Dengan modal Rp 15 ribu, traveler sudah bisa menikmati segelas Sarabba dan 5 buah putu cangkir.
![]() |
Selain dua sajian tersebut ada juga makanan khas Bugis-Makassar lain seperti Coto, Konro dan Pallu Basa. Harganyapun sangat terjangkau, karena di tempat ini, pedagang kaki lima tidak dipungut sewa tempat oleh pihak Pemerintah Daerah. Mereka hanya diwajibkan membayar lsitrik dan uang kebersihan.
Untuk menikmati pemandangan senja yang memukau, Anda bisa duduk di bagian timur atau di anjungan yang berada sebelah barat di atas danau PTB. Saat senja, mata akan terpukau dengan pemadangan awan dengan biasan cahaya jingga yang sudah mulai tenggelam.
"Tidak ada tempat lain di tengah kota yang indah seperti ini. Selain untuk makan,kita bisa menikmati pemandangan senja dan gemerlapnya lampu malam. Soal makanan gak usah khawatir di sini sangat murah meriah," sebut Nurhana.
![]() |
Sejak diresmikan pada awal tahun 2011, PTB ini menjadi pusat wisata kuliner satu-satunya yang ada di Maros. Awalnya, lokasi ini menjadi tempat relokasi pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan poros. Setelah ditata, lokasi ini menjelma menjadi arena wisata keluarga dan kuliner terbaik di Indonesia pada tahun 2013.
"Tahun 2013 Bupati Maros, Hatta Rahman meraih penghargaan sebagai juara pertama dalam kategori tata kelola pemerintahan Innovative Govermant Award (IGA). Penghargaan ini dari hasil penataan kaki lima oleh Pemerintah saat itu," kata Kadis Pariwisata Maros, Kamaluddin Nur.
![]() |
Asal muasal penamaan Pantai Tak Berombak sendiri didasarkan pada danau buatan yang berada tepat di tengah lokasi wisata kuliner ini. Karena tidak memiliki ombak, makanya disebutlah sebagai pantai tak berombak. Selain itu, warga Maros juga sangat akrab dengan penamaan pantai Losari di Makassar sehingga digunakannlah kata pantai.
"Yah dulu masyarkat kita kan taunya hanya pantai Losari. Pas ini ada, terbawalah nama pantai itu. Karena danaunya tidak ada ombaknya, makanya disambunglah menjadi Pantai Tak Berombak seperti saat ini," terang Kamaluddin.
Baca Juga: Gurih Kental Palubasa Ayam yang Istimewa dari Makassar (adr/odi)