Pemerintah setempat telah memerintahkan semua restoran yang sajikan daging anjing di wilayah Pyeongchang, Korea Selatan untuk tidak menjual hidangan kontroversial ini selama Olimpiade berlangsung.
Dikutip dalam Fox News (08/02), dari 12 restoran yang menyajikan hidangan daging anjing di daerah tersebut, hanya ada dia yang memenuhi otoritas setempat. Dengan menawarkan suatu subsidi dengan imbalan tidak menjual daging anjing atau bahkan mencabutnya dari menu selama pertandingan berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Konsumsi daging anjing sangat umum dan legal di Korea dan banyak di beberapa wilayah Asia. Namun, banyak juga aktivis hewan yang berjuang untuk melarang konsumsi daging ini.
Ada ribuan restoran di banyak negara menyajikan hidangan "Gaegogi". Kebanyakan yang mengonsumsinya adalah orang tua dan diyakini memiliki sifat penguat dan berfungsi sebagai obat.
Dalam upaya mempersiapkan Olimpiade dan masuknya pengunjung yang datang dari berbagai negara, para pejabat di wilayah Pyeongchang juga telah menghabiskan jutaan dollar untuk membuat fasilitas Westernize di wilayah tersebut.
Ini termasuk menyediakan menu dalam bahasa asing di restoran, dapur, ruang makan dan toilet. Termasuk melarang penyediaan menu daging anjing.
Namun, meskipun didesak oleh pemerintah daerah, banyak pemilik usaha yang keberatan dengan hal ini. Mereka seolah harus mengubah menu mereka untuk menampung orang asing.
"Saya telah menjual daging anjing selama beberapa dekade. Sangat sulit bagi saya untuk mengubah menu hanya karena Olimpiade," kata Park Young-ae dari Young Hoon Restaurant yang berada dekat stadion Olimpiade.
![]() |
Pejabat daerah Pyeongchang, Lee Yong-bae mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendapat tekanan dari restoran yang memang melayani daging anjing.
"Kami sudah banyak menghadapi keluhan dari operator restoran bahwa kami mengecam bisnis mereka," katanya.
"Beberapa dari mereka awalnya beralih ke daging babi, namun penjualan menurun tajam. Dan akhirnya hal inilah yang membawa mereka kembali untuk menjual daging anjing," lapor Channel News Asia.
Young-ae mengatakan bahwa pemerintah tidak akan memberikan bantuan kepadanya untuk memperbaiki restorannya kecuali ia berhenti menjual daging anjing. Hal ini dilakukan karena "Orang asing cenderung memiliki stereotip" tentang hidangan lokal.
Menolak untuk berhenti menyajikan daging anjing, Young-ae akhirnya menghabiskan sekitar $ 6.000 atau sekitar Rp 82 juta dari uangnya sendiri untuk membeli meja, keramik dan wallpaper.
Baca juga: Pasar Daging Anjing Terbesar di Korea Selatan Masih Dibuka
"Mungkin itu sesuatu yang seharusnya saya lakukan demi Olimpiade, tapi saya merasa tidak nyaman karena saya sudah memasak daging ini sejak lama." jelasnya. Sesaat sebelum membuka wadah plastik besar berisi daging anjing dan tulang rusuknya, "Tidak adil kalau mereka tidak memberikan bantuan ke resto penjual daging anjing tapi memberikannya ke restoran lain."
Panitia penyelenggara Olimpiade 2018 mengeluarkan pernyataan mengenai masalah ini: "Kami menyadari adanya kekhawatiran Internasional seputar konsumsi daging anjing di Korea. Ini adalah masalah yang harus ditangani oleh pemerintah. Kami berharap bahwa masalah ini tidak akan berdampak pada pengiriman atau reputasi pemain. Kami mendukung pemerintah daerah tentang hal ini. (lus/odi)