Huffington Post (16/8) mengabarkan aplikasi di Inggris bernama Too Good To Go memungkinkan pengguna membeli makanan sisa restoran, kafe, dan bakery dengan harga murah. Tujuan akhirnya ialah membantu kurangi limbah makanan karena terbuangnya makanan layak konsumsi secara sia-sia.
Pengguna hanya perlu masuk kedalam aplikasi via online/android/iOs, memilih tempat makan, dan membayarnya. Makanan bisa diambil di tempat makan terkait pada waktu yang ditentukan. Biasanya menjelang jam tutup atau setelah jam sibuk restoran berakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Harga makanan yang ditawarkan berkisar 2 hingga 3.8 pound sterling saja. Atau sekitar Rp 34.500 - Rp 65.600. Pengunjung tidak bisa memilih jenis makanan, namun mereka diberi tahu tentang jenis makanan yang akan tersedia.
"Limbah makanan nampaknya jadi masalah terbodoh yang ada di dunia ini. Industri restoran membuang 600.000 ton makanan per tahun, sementara di Inggris ada 1 juta orang menerima paket makanan darurat dari bank makanan," ujar James Crummie, salah satu pendiri Too Good To Go.
Ia beride, "Mengapa kita memiliki dua masalah sosial besar yang saling berkaitan namun tidak banyak solusi yang ditawarkan?" Bersama rekan-rekannya Crummie mulai membangun konsep Too Good To Go pada Desember 2015 di Denmark.
![]() |
Hingga Agustus 2016, Too Good To Go sudah ada di 6 negara. Inisiatif ramah lingkungan ini berhasil mencegah hampir 200 ton emisi karbon dioksida. Sekaligus menyediakan ribuan makanan layak makan pada orang yang membutuhkan.
Dalam aplikasi, pengguna juga punya pilihan untuk menyumbangkan makanan bagi mereka yang kekurangan sebesar 1 pound sterling atau sekitar Rp 17.200. Sudah lebih dari 1.100 makanan yang didonasikan sejauh ini.
![]() |
Mengenai keuntungan, Too Good To Go mendapat uang dari biaya partisipasi restoran di tiap penjualan.
Sebelum aplikasi ini, ada beberapa aplikasi yang juga fokus mengatasi masalah limbah makanan. Di Spanyol, Yo No Desperdicio App memungkinkan orang saling berkoordinasi dan menukar kelebihan bahan makanan satu sama lain.
Sedangkan Food Cowboy di Amerika Serikat memungkinkan distributor makanan menyalurkan kembali sayuran cacat ke badan amal dan bank makanan yang membutuhkannya.
(adr/odi)