Karenanya orang menyebutnya sebagai 'breadfruit' atau buah roti. Buah asli Papua Nugini dan telah tersebar ke seluruh kepulauan Pasifik.
Selama bertahun-tahun, buah ini dijadikan sebagai makanan pokok yang membantu menghindari kekurangan gizi, obesitas dan diabetes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang dikutip dari NPR (9/8/16), sukun merupakan yang mengandung karbohidrat tinggi, rendah lemak serta memiliki kandungan potasium yang setara 10 kali buah pisang. Selain itu juga mengandung vitamin C dan B, kalsium, kalium dan mineral lainnya. Penelitian menemukan kandungan asam amino esensialnya melebihi kedelai.
![]() |
Sukun dikenal sebagai buah untuk atasi kelaparan di dunia. Pasalnya buah sukun bisa dikonsumsi mulai sejak masih berwarna hijau dan muda.
"Ketika masih kecil dan hijau, rasanya seperti artichoke. Ketika berpati dan matang, sukun setara dengan kentang. Saat sudah tua dan matang, rasanya empuk lembut dan bisa dijadikan sebagai makanan penutup," ujar Ragone, Kepala National Tropical Botanical Garden Breadfruit Institute.
Petani di negara-negara seperti Samoa, Haiti dan Nigeria kini sudah menama, varietas sukun yang dikembangkan oleh tim Ragone. Ragone mengumpulkan ratusan varietas sukun di seluruh kepulauan Pasifik dan memilih satu, yakni Ma'afala dengan rasa dan nutrisi terbaik serta dengan musim panen terpanjang.
Pada tahun 2009 Josh Schneider, seorang pebisnis tanaman hias di dunia, dan mitranya telah mendonasikan 14.000 bibit untuk 10 negara, termasuk Kuba dan Guyana. Saat ini 83.000 pohon sukun sudah tumbuh di 40 negara yang sering dilanda masalah kelaparan.
Di saat makanan untuk atasi kelaparan di dunia sulit diterima, sukun justru bisa diterima lebih mudah. Buah ini sudah cukup dikenal.
"Orang-orang telah sangat terbuka untuk sukun dan sangat kreatif untuk menambahkannya di masakan tradisional serta beradaptasi dengan kebutuhan mereka," ungkap Schneider.
![]() |
Di Jamaika, Mango Valley Co-op, menjual tepung sukun. Bahkan ada seorang petani di Vietnam yang menjual sake terbuat dari sukun. Diana Chaves asal Costa Rica, juga telah mendistribusikan ribuan pohon sukun Schneider di negara asalnya dan pada Februari lalu, ia meluncurkan Jungle Foods yang menjual keripik sukun.
Kini, pengusaha tepung sukun di Hawaii, Samoa dan Jamaika memiliki kesempatan untuk menjual produk mereka kepada konsumen di Amerika Serikat tahun depan.
Pada bulan Februari, FDA memutuskan tepung sukun aman untuk digunakan, berdasarkan tes keamanan ekstensif yang dilakukan di laboratorium Murch.
Di Indonesia tepung sukun juga sudah banyak diproduksi. Bisa diolah menjadi cake dan disukai karena rasanya yang lembut dan empuk.
(adr/odi)