Emoji Bisa Dimanfaatkan Sebagai Alat Baru Penelitian Makanan

Emoji Bisa Dimanfaatkan Sebagai Alat Baru Penelitian Makanan

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Selasa, 08 Mar 2016 12:57 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Emoji tak sekadar ​membuat ​komunikasi​ jadi singkat dan menarik​. Kini penelitian makanan bisa dilakukan dengan emoji.

Dilansir dari Munchies Vice (07/03), peneliti yang sedang meneliti pola makan anak usia Sekolah Dasar (SD) mulai menilai reliabilitas ilmiah emoji sebagai alat ukur kesukaan anak terhadap makanan.

Sifat emoji yang universal bisa jadi keunggulan. Penggunaannya secara internasional juga menjadikan emoji alat akurat untuk mengetahui bagaimana anak menilai makanan di kantin sekolahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti di Sensory and Consumer Research Center, Universitas Kansas State kini sedang mengeksplorasi hal tersebut. Lebih khusus, mereka menggunakan emoji guna mengevaluasi bagaimana anak menilai program makan siang di sekolahnya. Penelitian kini difokuskan pada sekolah-sekolah di Kansas dan Ghana, kedua tempat dengan jangkauan internasional emoji.



Metode yang digunakan bernama "emoji ballot." Manajer Sensory and Consumer Research Center, Marianne Swaney-Stueve mengatakan emoji diterima secara internasional, lintas budaya dan lintas negara sehingga tidak ada hambatan bahasa.

Ke depannya peneliti berharap dapat pemahaman lebih baik soal menu seperti apa yang sebaiknya disediakan sekolah. Hal ini terkait banyaknya limbah makanan di Amerika yang totalnya diperkirakan 1.23 miliar USD per tahun.

"Para profesional di bagian gizi sekolah selalu mencari cara baru mempromosikan menu sehat pada siswa. Mereka juga ingin tahu tanggapan siswa sehingga bisa mengembangkan menu favorit yang sehat sekaligus menarik," ujar Diane Pratt-Heavner, juru bicara Asosiasi Gizi Sekolah.

Penelitian menggunakan emoji sudah dimulai tahun 2014 dengan kelompok anak berusia 7-11 tahun di Olathe, Kansas. Peneliti melihat bagaimana anak menilai oatmeal, pizza pepperoni, dan soda strawberry dari Jepang yaitu Ramune Soda. Dalam melakukannya, peneliti menggunakan 28 spektrum reaksi terhadap makanan.



Cara ini dapat menunjukkan makanan mana yang disukai dan tidak oleh anak. Sebagai contoh, camilan chocolate graham atau roti putih menghasilkan emoji "senyum dengan mata terbuka" atau "senyum dengan lidah keluar." Sebaliknya bayam segar diberi emoji "wajah cemas" atau "wajah bingung."

Emoji sendiri memang terus berevolusi hingga mengubah cara orang berkomunikasi. Tahun 2016 Unicode Consortium di California berencana meluncurkan 38 emoji baru, termasuk bacon, alpukat, croissant, mentimun, wortel, kentang, dan gelas champagne.

Ada juga usulan soal emoji khusus untuk simbol alergi makanan. Seorang insinyur Google telah melayangkan permintaan ini ke Unicode Consortium, namun hal ini masih dalam peninjauan.

(adr/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads