Tren Kopi di Indonesia, dari Kopi Jitu hingga Spesialiti Kopi yang Populer

Tren Kopi di Indonesia, dari Kopi Jitu hingga Spesialiti Kopi yang Populer

Lusiana Mustinda - detikFood
Senin, 05 Okt 2015 06:31 WIB
Foto: detikfood
Jakarta - Minum kopi sudah menjadi budaya lokal Indonesia. Dari warung kopi hingga coffeeshop. Jenis kopi yang diolah juga mengalami perkembangan.

Kopi di Indonesia paling banyak tumbuh di daerah Sumatera, Jawa dan juga Bali. Kopi jenis arabika terdiri dari Mandheling, Gayo, Lintong, Takengon, Sidikalang, Java Preanger, Bali Kintamani, Flores Bajawa, Kalosi Toraja dan Papua Wamena.
 Sedangkan untuk robusta ada Wash Java (WIB) dan Flores Manggarai.

Dari ujung Utara hingga Timur, Indonesia punya jenis kopi yang berbeda. Aceh, Jambi, Lampung hingga Papua memiliki tanaman kopi unggul.



Jumlah konsumsi kopi baik di Indonesia atau luar negeri mengalami kenaikan sekitar 5 hingga 6 persen per tahunnya. Sedangkan untuk produksinya sendiri terjadi peningkatan 1 hingga 2 persen.

“Sayangnya, Indonesia hanya memproduksi kopi jenis robusta sekitar 1-1,2 ton sedangkan Vietnam produksi 2,8-3,2 ton . Untuk jenis kopi arabika, Indonesia memproduksi sebanyak 600-800 Kg  tapi Brazil bisa memproduksi hingga 1,8 ton per tahunnya,” tutur Moelyono Soesilo selaku Export Manager PT. Taman Delta Indonesia pada acara International Coffee Day (29/09/15).

Hal ini dikarenakan, mutu kopi dari petani yang tidak bisa stabil. Mulai dari proses, kadar air dan pengeringan. Petani Indonesia umumnya kurang edukasi sehingga pengusaha kopi harus melatih petani agar pengetahuan soal kopinya bertambah.

Untuk menghasilkan kopi bermutu tinggi, banyak pengusaha yang mencampurkan kopi arabika dengan sedikit robusta. Campuran ini dapat menghasilkan crema dan warna yang bagus.

Menurut Moelyono, konsumsi kopi di Indonesia bisa dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Sebelum tahun 2000
Di tahun ini tren kopi mulai berkembang. Tetapi, umumnya konsumsi kopi bubuk dicampurkan dengan jagung. Pencampuran ini dimakan dengan JITU alias siji pitu, dimana satu biji kopi bubuk dicampurkan ke dalam tujuh bagian jagung.

2. Dari tahun 2000 - 2010
Di tahun ini harga kopi mengalami penurunan, harga kopi dan jagung sama. Sehingga banyak pabrik yang merubah komposisi produknya. Para produsen lebih memilih untuk menggunakan hanya 100 persen kopi dan tidak dicampurkan dengan bahan apapun.



3. Tahun 2010 - sekarang
Kopi semakin populer saat adanya jenis kopi bernama Luwak White Coffee. Kemudian dengan banyaknya pertumbuhan coffee shop mulai memperkenalkan speciality coffee dan juga kebiasaan minuman kopi yang ready to drink makin dikenal. Jenis minuman kemasan kopi ini dibawa dari tren di Jepang.

Kini, masyarakat Indonesia semakin gemar konsumsi kopi. Tak hanya sekedar minum, banyak juga anak-anak muda yang mulai belajar mengenal dan membuat kopi. Dalam acara International Coffee Day diharapkan masyarakat lebih banyak tahu tentang keanekaragaman kopi di Indonesia.

(lus/odi)

Hide Ads