Sampai saat ini beberapa daerah di Indonesia masih mengonsumsi daging anjing. Daging hewan dengan protein tinggi ini disantap secara terang-terangan maupun diam-diam.
Menurut pakar kuliner Indonesia, William Wongso, tradisi konsumsi daging anjing dilakukan secara eksplisit di Sulawesi Utara seperti Minahasa dan Sumatera Utara. Di luar itu, beberapa tempat melakukannya secara implisit seperti Bali dan Jawa Tengah.
"Kalau datang ke lapo-lapo (rumah makan khas Batak), bisa minta daging anjing dengan sebutan B1. Di Manado sendiri daging anjing disebut RW," tutur William Wongso saat dihubungi Detikfood, Rabu (13/08/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sajian daging anjing di Indonesia berbeda-beda. Cara masaknya tergantung daerah. Daging anjing dapat dimasak dengan cabai, jahe, sereh, kunyit, bawang merah, daun jeruk dan bumbu lainnya. Kebanyakan sajian memiliki rasa pedas karena penggunaan banyak cabai. Namun ada juga rasa pedas yang timbul dari rempah andaliman seperti saksang asal Batak.
Meski pernah mencoba sajian daging anjing, namun William Wongso mengaku tidak terlalu berminat dengan makanan ini. Daging anjing yang disebut-sebut menimbulkan rasa panas, tidak selalu dirasakan setelah mencicipinya.
"Rasa panas bisa juga didapat karena konsumsi cabai," tambah William Wongso.
Untuk tempat pembelian daging anjing, beberapa pasar menyediakannya. William Wongso menyebut pasar Tomohon di Sulawesi Utara menyediakan berbagai kuliner ekstrim. Anjing termasuk salah satu hewan yang bisa dibeli disana. Selain anjing, ada juga penjualan daging tikus, celeng, ular dan monyet yang digantung-gantung di dalam pasar.
(lus/odi)