Ke Pasar Cikini, Jangan Lupa Jajan Gudeg Yogya dengan Siraman Areh!

Jelajah Pasar Tradisional

Ke Pasar Cikini, Jangan Lupa Jajan Gudeg Yogya dengan Siraman Areh!

- detikFood
Rabu, 23 Apr 2014 14:02 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta -

Gudeg Bu Harjo jadi salah satu kios yang wajib dikunjungi di Pasar Cikini. Pelanggan setianya tetap berdatangan sejak kiosnya masih di pasar tradisional sampai kini tersembunyi di basement di pasar modern.

Sebuah banner di gerbang Cikini Gold Center akan mengantarkan Anda ke lokasi baru Gudeg Bu Harjo. Susuri saja sisi kiri gedung tersebut sampai Anda menemukan plang yang menunjukkan letak pasar tradisional di basement. Tepat setelah menuruni tangga, kios mungil Gudeg Bu Harjo tampak.

Berdiri sejak 1960, Gudeg Bu Harjo sudah dikelola secara turun-temurun. Spanduk dan standing banner-nya kini berdesain modern. Namun, soal rasa, Gudeg Bu Harjo menjamin kualitasnya tak berubah sejak dulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gudeg dan berbagai pelengkap yang ditempatkan di baskom stainless steel siap disendokkan ke piring rotan berlapis daun pisang. Hidungpun mengendus wangi khas daun pisang yang menambah sedap santapan.

Aroma manis gudeg tercium, membuat tak sabar ingin makan. Potongan nangkanya kecil-kecil dan dimasak hingga kering. Rasanya manis namun tak berlebihan dengan tekstur nangka muda yang empuk.

Di atasnya dituangi areh berwarna cokelat, bukan putih. Santan kental yang dimasak hingga bergumpal dengan lapisan minyak ini menjadi ciri khas gudeg Yogyakarta, menambahkan rasa gurih manis. Disantap bersama sesuap nasi putih hangat yang cukup pulen, kangen masakan tradisional Yogyapun terobati.

Sesendok sambal bajak yang berwarna merah kehitaman menampakkan biji-biji cabai yang tak diulek halus. Sambal goreng ini awalnya terasa manis, namun lambat-laun menyengat lidah juga. Pas mengimbangi gurih legit gudeg dan arehnya.

Selain telur pindang dan sambal goreng krecek, gudeg ini juga dilengkapi bacem tempe dan tahu. Namun, ada yang kurang: kurang banyak! Nasi beserta semua pelengkapnya disendokkan sedikit-sedikit saja ke piring. Bagi yang nafsu makannya besar, seporsi rasanya tak cukup.

Selain gudegnya yang tersohor, Gudeg Bu Harjo juga menyediakan nasi rames dengan lauk asem-asem buncis, mi goreng, kering tempe, serundeng daging, rendang telur, dan acar. Ada juga nasi pecel dengan bumbu kacang yang kental gurih.

Bu Harjo sendiri sudah meninggal pada tahun 1986. Sosoknya diabadikan lewat lukisan yang dipajang di kios. Kini, usaha gudeg dijalankan cucunya, Cahyo.

Menurut Cahyo, citarasa yang tak berubah sejak dulu adalah karena gudegnya masih dibuat dua hari sekali di tempat yang sama, di Jalan Percetakan Negara Jakarta. Dalam sehari, ia bisa menjual 50-100 porsi. Belum lagi jika ada pesanan. "Tapi sejak pindah ke gedung baru, jadi lebih sepi," keluhnya.

Harga seporsi gudeg telur di sini Rp 18.000, sedangkan gudeg dengan 1/4 ayam kampung bisa dinikmati dengan membayar Rp 38.000. Kalau Anda datang pada jam makan siang, siap-siap tak mendapat tempat karena hanya ada enam kursi di sini.

Gudeg Bu Harjo hanya buka Senin-Sabtu, kecuali hari besar. Selain di Pasar Cikini, Gudeg Bu Harjo juga dijual di Cibubur (khusus hari Minggu) dan Bekasi.

(fit/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads