Lebaran di Jawa Barat semakin meriah dengan suguhan camilan khas. Di Tasikmalaya, ada opak bakar atau beuleum opak yang bikin nostalgia para penikmatnya!
Memasuki minggu-minggu akhir bulan ramadan, masyarakat di berbagai daerah sibuk menyiapkan aneka hidangan lebaran. Tak hanya makanan utama seperti ketupat dan opor ayam, tapi juga camilan khas lebaran yang amat diminati.
Di Jawa Barat, masyarakat Sunda biasanya menyajikan manisan kolang-kaling, tape ketan, rengginang, opak, saroja dan lainnya. Keterampilan membuat berbagai makanan itu seolah menjadi kemampuan dasar kaum ibu dan remaja putri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka kerap menjual camilan tersebut dan laku keras pada bulan ramadan. Salah satunya dirasakan oleh Naimah (47) di Kampung Nyalindung, Desa Purwaraharja, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya. Warga pelosok selatan Tasikmalaya ini bisa meraup keuntungan dari produksi opak bakar atau beuleum opak.
Beuleum opak ini menjadi salah satu camilan khas masyarakat Sunda. Yang membuat berbeda adalah cara memasaknya yang dibakar, bukan dipanaskan dalam oven seperti opak pada umumnya yang kembung.
![]() |
"Alhamdulillah berkah di bulan suci Ramadhan, pesanan bisa mencapai puluhan bungkus per hari. Konsumen banyak yang datang langsung kesini," kata Naimah, belum lama ini.
Camilan berbahan dasar tepung ketan itu dijual sekitar Rp 30 ribu per bungkus isi 25 potong. Naimah menambahkan beuleum opak memiliki keunikan dan pangsa pasar tersendiri.
"Ada yang suka opak oven, tapi banyak juga yang suka opak bakar. Kalau yang dibakar sensasinya beda, lebih jadul. Bagi beberapa orang sering membangkitkan ingatan masa lalu," kata Naimah.
Dia mengatakan beuleum opak ini dimasak dengan cara dibakar satu per satu di tungku perapian dengan api yang terukur dan durasi yang terukur pula. Karena jika tidak piawai membakar, opak akan gosong. "Untuk melayani pesanan saya libatkan saudara dan tetangga, ya sambil ngabuburit," kata Naimah.
Hal serupa juga dilakoni oleh Teti (48) di Kampung Pasanggrahan, Desa Margalaksana, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Bedanya, Teti fokus memproduksi saroja atau kembang seroja. Beberapa daerah menyebutnya keripik kembang goyang.
Saroja juga termasuk camilan khas Sunda yang berbahan dasar tepung beras dan santan kelapa. Yang menarik dari saroja ini adalah cara menggorengnya yang menggunakan cetakan berbentuk bunga berbahan logam.
![]() |
Cetakan direndam di minyak panas, kemudian dicelupkan ke adonan, sebelum akhirnya dicelupkan kembali ke minyak panas dan digoyang-goyang agar saroja bisa lepas dari cetakan.
"Alhamdulillah penjualan meningkat dari tahun kemarin. Untuk yang pesan sudah dari awal puasa, tapi saya bikinnya tanggal 10 Ramadan. Ini sudah ada 100 kantong lebih pesanan yang sudah selesai," kata Teti. Produk Saroja Teti dijual Rp 37.500 per bungkus isi 50 potong.
Kapasitas produksi Saroja yang dilakukan Teti masih skala rumahan dan hanya beroperasi di bulan Ramadan. Dalam sehari dia menghabiskan 2,5 kg tepung beras. "Tepungnya paling 2,5 kg dalam sehari, ditambah aci paling 1,4 kilogram," kata Teti.
Artikel ini sudah tayang di detikjabar dengan judul "Renyah Beuleum Opak dan Saroja Camilan Khas Lebaran di Jawa Barat"
(adr/adr)