Kamboja Green House, Kafe Bernuasa Bali yang Pernah Disinggahi Menteri - Politisi

Kamboja Green House, Kafe Bernuasa Bali yang Pernah Disinggahi Menteri - Politisi

Sudrajat - detikFood
Kamis, 30 Nov 2023 13:30 WIB
Kamboja Green House, kafe bernuansa Bali di Sasak Panjang
Foto: Sudrajat / detikcom
Jakarta -

Sulit mempercayai di kawasan Sasak Panjang, Kabupaten Bogor yang relatif sunyi ada kafe bernuansa Bali yang asri. Kafe dan resto Kamboja Green House, namanya.

Toh begitu, kafe yang dipenuhi aneka pepohonan rimbun ini pernah dikunjungi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Selain itu politisi senior Fadly Zon hingga penyanyi kini lebih aktif berdakwah, Neno Warisman pernah singgah dan bersantap di kafe dan resto tersebut.

"Kopi Kambojanya terbaik, Saladnya segar, Nasi Balinya sedap. Nuansa Bali? Di Kamboja aja..," tulis Sandiaga dalam kertas testimoni yang diunggah ke Instagram Kamboja. Dia bertandang ke kafe tersebut pada 9 Agustus 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sandiaga Uno berkunjung ke Kamboja Green HouseSandiaga Uno berkunjung ke Kamboja Green House Foto: Dok. Kamboja Green House

"Pak Sandi dan para staf datang dari sore hingga selepas magrib di sini," kata pemilik kafe Kamboja Green House Asep Saeppudin Mayah, 58 tahun, saat berbincang dengan detikfood, Selasa (28/11/2023) petang.

Kafe tersebut mulai beroperasi pada Juli 2022. Asep bersama istrinya, Mila Maria, awalnya membuka kafe ini lebih dimaksudkan untuk rehat dan kongko mereka yang tengah mencari tanaman. Sebab di lahan seluas 2.500 meter itu semula adalah tempat pembibitan dan perawatan (nursery) aneka tanaman.

ADVERTISEMENT

Sejak 2010 Asep yang meraih gelar insinyur sipil dari ITB menekuni jual beli tanaman fosil jenis Kamboja, Pule, Kenari, Tabebuya, Kikilia (Kigelia Africana), Palem Kurma, Pakis Haji dan lainnya yang punya harga jual puluhan juta rupiah.

Asep Saeppudin Mayah, pemilik Kafe Kamboja Green House di Sasak PanjangAsep Saeppudin Mayah, pemilik Kafe Kamboja Green House di Sasak Panjang Foto: Sudrajat / detikcom

Karena beberapa menu dan kopi yang disajikan ternyata digemari para pelanggannya, akhirnya Asep membangun kafe dan resto dengan konsep Bali. "Saya merekrut koki yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja di Hotel Ambhara, dan kebetulan dia tinggal di Sawangan. Kebetulan saya dan istri juga suka masak jadi bisa ikut mengontrol langsung soal rasa," kata Asep yang mengaku mahir membuat steik dan shabu-shabu.

Menu unggulannya antara lain sop dan iga bakar, sate lilit, dan nasi jingo. Namun di kafe ini juga tersedia menu-menu western hingga tomyam, khas Thailand.

Sambil menunggu hujan reda petang itu, saya lebih memesan tomyam untuk lebih menghangatkan badan. Asem dan pedasnya nikmat sekali, begitu juga udang, cumi, serta jamurnya terasa fresh. Tak kalah dengan tomyam yang pernah saya santap langsung di Pattaya beberapa waktu silam.

Sementara istri saya terlihat begitu menikmati iga bakar yang disebutnya sangat empuk dan bersih dari aroma mrengus. "Gak pegel ngunyah dan gak bau," ujarnya.
Nuansa Bali yang ditawarkan Asep dan Mila sempat memicu insiden kecil.

Ada keluarga asal Manila yang singgah langsung memesan Babi panggang dan bir. Setelah dijelaskan bahwa lingkungan di sekitar kafe mayoritas kaum muslim sehingga tak mungkin menyiapkan menu haram, akhirnya si tetamu itu mengerti.

Pelayan di kafe dan resto Kamboja Green House siap mengantar menu yang dipesan pengunjungPelayan di kafe dan resto Kamboja Green House siap mengantar menu yang dipesan pengunjung Foto: Sudrajat / detikcom

Sebaliknya pernah juga ada serombongan keluarga yang mempertanyakan kehalalan menu-menu yang disajikan di Kamboja. "Saya dan istri ya akhirnya buka kartu kalau sudah bergelar haji sehingga dijamin semua menu yang dijual halal," kata Asep diimbuhi tawa lebar.

Agar tak memicu pertanyaan-pertanyaan serupa dia berencana memajang foto-foto para tokoh yang pernah menikmati menu di Kamboja seperti Sandiaga Uno, Fadly Zon, dan Neno Warisman. Juga menghiasi dinding dengan foto-foto tanaman fosil yang dilengkapi informasi secukupnya.

Harapannya, hal ini juga bisa menjadi bahan pembelajaran dan pengenalan pengunjung terhadap berbagai macam tanaman langka dan berharga.

"Lidah nikmat, perut kenyang, wawasan bertambah. Syukur-syukur juga mau membeli tanaman-tanaman fosil di sini," canda Asep.




(aqr/odi)

Hide Ads