Perkebunan kopi menjadi penggerak perekonomian di Jawa Timur. Hingga saat ini, ada 17 jenis kopi Indonesia yang terdata menjadi indikasi geografis.
Salag satu diantaranya berasal dari Bondowoso Jawa Timur. Dikenal sebagai kopi arabika java ijen raung.
Berikut ini fakta menarik kopi arabika java ijen raung khas Bondowoso. Mulai sejarah penanaman hingga proses produksinya.
1. Sejarah Penanaman
Kopi ini pertama kali ditanam di kawasan dataran tinggi Ijen dan Raung, yang sangat berhubungan dengan sejarah masuknya bibit kopi pertama kali di Indonesia. Pada 1686-1696, Mayor of Amsterdam Nicholas Witsen mengarahkan Komandan Belanda yang bertugas di Selat Malabar, untuk membawakan bahan tanam kopi dari Malabar di India ke Hindia Belanda.
Saat itu, bencana alam menggagalkan upaya introduksi bahan tanam kopi pertama tersebut. Pada tahun 1699, Henricus Zwaardecroon kembali membawa bahan tanam kopi arabika yang kedua dari Malabar. Bahan tanaman ini menjadi cikal bakal lahirnya seluruh perkebunan kopi arabika di Hindia Belanda.
Tahun 1711, perusahaan perdagangan milik Pemerintahan Hindia Belanda atau Dutch East Indies Trading company atau Vereninging Oogst Indies Company (VOC), melakukan ekspor kopi dari Jawa ke Eropa untuk pertama kalinya. Pada tahun 1720, tercatat sebanyak 116.587 pounds kopi yang diekspor, dan pada tahun 1724 sebanyak 1.396.486 pounds.
Itu menjadikan Indonesia sebagai daerah pertama di luar Ethiopia dan Arabia yang memproduksi kopi dalam jumlah yang cukup banyak. Hingga pada tahun 1725, pemerintah Hindia Belanda melakukan eksploitasi pada keuntungan bisnis komoditas perkebunan, seperti kopi, gula, teh dan karet.
Raja Wilem I di Belanda memperkenalkan Cultivation System atau Cultuur Stelsel atau tanam paksa yang mengeksploitasi lahan dan manusia pada tahun 1830-1870 setelah terjadi krisis ekonomi di Belanda.
Sejak saat itu, kopi mulai ditanam di wilayah Hindia Belanda. Pada tahun 1895, dilakukan penanaman pertama di daerah Besoekih atau kawasan dataran tinggi Ijen-Raung. Hingga pada abad ke-18, java coffee masih dipercaya sebagai salah satu kopi terbaik.
Namun, seiring berjalannya waktu, tanaman arabika yang tumbuh di dataran rendah mati terkena serangan hama. Pemerintah Hindia Belanda mulai menanam kopi jenis robusta dan liberika sebagai pengganti tanaman kopi arabika di dataran rendah.
Kopi arabika pun dikelola oleh perkebunan milik Hindia Belanda, dan menjadi cikal bakal bagi perkebunan rakyat di kawasan Ijen-raung. Mulanya, istilah kopi Arabika kurang dikenal oleh masyarakat di kawasan Ijen dan Raung, dan menggantinya dengan istilah kopi padang, karena setelah mengkonsumsi kopi ini pandangan menjadi terang atau padang dalam bahasa Jawa.
Simak Video "Video Rekomendasi Kuliner Lumajang: Iga Bakar Jumbo"
(yms/odi)