Sudah Ada Sebelum Tahun 131 M, Ini Jejak Masakan Peranakan di Indonesia

Kuliner Imlek Peranakan

Sudah Ada Sebelum Tahun 131 M, Ini Jejak Masakan Peranakan di Indonesia

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Jumat, 20 Jan 2023 18:00 WIB
Sudah Ada Sebelum Tahun 131 M, Ini Jejak Masakan Peranakan di Indonesia
Foto: Getty Images/iStockphoto/Ika Rahma
Jakarta -

Membicarakan masakan China peranakan di Indonesia begitu luas. Sejarawan kuliner, Wira Hardiyansyah, mengungkap jejak masakan peranakan di Indonesia jumlahnya tak terbatas.

Sebelum membahas masakan peranakan, definisi "peranakan" sendiri perlu diperjelas karena menunjukkan identitas asal masakan tersebut. Wira menjelaskan kalau "peranakan" merujuk pada istilah untuk keturunan dari orang China asli yang menikah dengan orang Melayu seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

"Peranakan itu sebenarnya kan bapaknya orang China, ibunya orang pribumi atau sebaliknya. Jadi zaman dulu itu, untuk pulang ke negaranya ketika berdagang itu, (orang China) menunggu cuaca yang tepat terkait laut, angin, dan sebagainya. Selama menunggu itu, akhirnya (orang China) berinteraksi dengan budaya-budaya lokal. Nah, hasil dari interaksi itu yang melahirkan asimilasi budaya," ujarnya kepada detikfood (17/1).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk jejak peranakan di Indonesia sendiri menurut Wira sudah ada sebelum tahun 131 Masehi. "Peranakan itu sudah lama. Indonesia saja ada sudah ditulis dalam dinasti Han tahun 131 M. Saat itu tertulis (China) menyerbu kepulauan Jawadwipa. Ada dua pulau yang dicatat Swarnadwipa (Sumatera) dan Jawadwipa (Jawa)," ujarnya.

"Artinya, kalau catatannya 131 M, berarti kemungkinan besar (suku Melayu) sudah berinteraksi dengan etnis Tionghoa sebelum tahun 131 M. Berinteraksi lewat perdagangan," kata Wira menambahkan.

ADVERTISEMENT

Jejak masakan peranakan di Indonesia

Sudah Ada Sebelum Tahun 131 M, Ini Jejak Masakan Peranakan di IndonesiaBakpia, salah satu contoh makanan peranakan yang akhirnya jadi ikon kota Yogyakarta. Foto: Getty Images/iStockphoto/Ika Rahma

Membicarakan masakan peranakan yang terkenal di Indonesia, Wira mengatakan sangat luas dan tak terbatas. "Yang sering kita lihat (masakan peranakan) baru 15%. Bisa dibilang yang sadar dan tidak sadar, bahkan menjadi signature menu sebuah kota.

"Seperti halnya bakpia, bak itu dari bahasa Tionghoa dan pia juga, tapi menu ini jadi signature Jogja," kata Wira memberikan contoh.

Ia juga mengatakan, dari Sabang sampai Merauke, hampir semuanya memiliki peninggalan jejak masakan peranakan. "Kayak kecap, bihun, mie, soun, hingga bakso. Karena kuliner peranakan ada darah lokal dan Tionghoa. Seperti soto juga. Hampir 75% wilayah Indonesia punya soto," ungkapnya.

Ciri khas masakan peranakan dibanding masakan China 'totok'

Sudah Ada Sebelum Tahun 131 M, Ini Jejak Masakan Peranakan di IndonesiaLontong cap go meh mencirikan masakan peranakan yang bumbunya medok. Foto: Getty Images/iStockphoto/Ika Rahma

Selain masakan peranakan, jejak kuliner Tionghoa di Indonesia juga termasuk masakan China 'totok' alias yang masih kental pengaruh budaya China-nya. "Kuliner Tionghoa ada 2, kuliner peranakan dan kuliner totok," kata Wira mengawali cerita.

Ia mengatakan ada perbedaan mendasar antara keduanya. Pertama, soal penamaan. "Kuliner China peranakan bahkan namanya sudah umum pakai bahasa Indonesia seperti lumpia, bakpia. Kalau China totok itu masih pakai bahasa China yang kental juga, misalnya choi pan," ujar pria ramah ini.

Kedua, dari segi bumbu dan cita rasa. Pada kuliner China 'totok' masih terasa bahan asli makanan tersebut. "Umpama kita masak capcay, setiap unsur sayurnya kan masih terasa," kata Wira.

Beda cerita dengan masakan peranakan yang bumbunya lebih terasa atau medok. "Misalnya lontong cap go meh, ada opor, sayur labu siam (yang kuat bumbunya). Lalu ada pindang bandeng yang bumbunya juga kuat. Rasa ikannya mungkin hanya 25%." kata Wira.

Pada masakan peranakan juga umumnya dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal orang peranakan. "Kayak kalau di Singkawang pakai ikan dewa untuk Imlek. Harganya sangat mahal. Sementara orang Sunda lebih dulu mengonsumsi bandeng, makanya lebih jamak pakai bandeng (untuk sajian Imlek)," ujar Wira.

Masakan peranakan lebih mudah diterima di Indonesia. Baca penjelasan Wira di halaman selanjutnya.



Simak Video "Kelezatan Aneka Sajian Imlek, Ada Poon Choi hingga Bebek Panggang"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads