Pecel tak hanya dinikmati dengan nasi. Di Pacitan pecel diracik dengan lontong yang pulen dan saus kacang yang kasar dan gurih pedas.
Salah satu warung di Pacitan ini menyajikan lontong pecel dengan cita rasa beda. Kekhasan itu terletak pada sambal atau saus kacangnya. Jika biasanya sambal pecel dilumatkan dengan cara digiling, di sini bahan sambal tetap ditumbuk agak kasar.
"Sambalnya di sini kan masih kasar begitu. Karena memang bikinnya ditumbuk. Lah kalau digiling kan jadinya encer," ujar Sumiyati (67) pemilik warung kepada detikJatim di Desa Menadi, Minggu (16/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lontong pecel di warung milik Sumiyati disajikan dengan cara tradisional atau ndeso. Tak menggunakan tatakan berupa piring melainkan disajikan di atas wadah berupa sepotong daun pisang.
![]() |
Lokasi warung yang cukup tersembunyi, ternyata tak mengurungkan tekad pembeli berburu lontong pecel. Terbukti sejak dibuka pukul 11 siang hingga tutup jam 4 sore, pengunjung tak pernah sepi. Antrean pun jadi pemandangan biasa.
Pecinta lontong pecel di warung milik Sumiyati berasal dari beragam kalangan. Tak hanya warga sekitar, namun juga banyak pembeli berasal dari wilayah lain di kecamatan atau kota. Bahkan tak sedikit pegawai kantoran sengaja datang saat makan siang.
"Kadang-kadang jam 2 siang sudah habis. Begitu dagangan habis ya langsung tutup gitu aja," ucap wanita yang telah memulai usaha tahun 1990-an ini.
Selain lontong pecel khas Kota 1001 Gua, cukup banyak varian lain yang dijajakan. Seperti aneka jenang atau bubur, gorengan, dan macam-macam minuman. Harganya pun dijamin tak memberatkan kocek.
![]() |
Tiap bungkus lontong pecel hanya dijual seharga Rp 6.000. Sedangkan untuk jenang, per bungkusnya dibanderol Rp 3.000. Tapi jika pesan jenang campur, harganya jadi Rp 5.000 per bungkus. Sedangkan untuk gorengan hanya Rp 1.000 per biji.
Untuk jenang atau bubur manis tersedia beberapa varian. Sebut saja grendul, ketan hitam, jenang putih, mutiara, serta jenang garut dan kacang hijau. Adapun gorengan terdiri dari tempe, tahu, dan bakwan.
"Kalau untuk dawet, teh, dan minuman lain harganya ya normal saja. Seperti yang lain," tambahnya.
Sumiyati mengaku punya kiat sendiri mempertahankan resep. Semua dagangan yang dijajakan dimasak sendiri di dapurnya. Tak heran, Sumiyati yang tiap hari dibantu putranya rutin bangun mulai jam 3 pagi untuk menyiapkan dagangannya.
(yms/odi)