Gudeg Ada Sejak Tahun 1500, Berawal dari Pemanfaatan Nangka Muda

Kuliner Pusaka Indonesia

Gudeg Ada Sejak Tahun 1500, Berawal dari Pemanfaatan Nangka Muda

Tim detikJateng - detikFood
Senin, 15 Agu 2022 11:00 WIB
Arya Saloka dan Sandiaga Uno Penggemar Gudeg Yu Djum yang Legendaris
Foto: iStock
Jakarta -

Gudeg, makanan khas Jogja berbahan nangka muda yang populer. Gudeg punya sejarah panjang nan menarik, bahkan konon sudah ada sejak tahun 1500-an! Begini kisahnya.

Jalan-jalan ke Jogja rasanya belum lengkap tanpa menyantap gudeg. Hidangan ini berupa nangka muda yang dimasak dengan santan dan daun jati sehingga warnanya gelap.

Gudeg biasanya disajikan dengan nasi, kuah santan kental (areh), sambal goreng krecek, dan aneka lauk seperti telur serta tempe tahu bacem. Nikmatnya gudeg sukses bikin banyak orang ketagihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gudeg bukanlah makanan baru karena sudah tercatat ada pada masa Kerajaan Mataram, sekitar tahun 1500-an. Dikutip dari buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini dan jurnal Sejarah dan Budaya, Berikut kisah asal-usul gudeg dan perjalanannya dari waktu ke waktu.

1. Gudeg pada Masa Awal Kerajaan Mataram

Dalam jurnal Menelisik Sejarah Gudeg Sebagai Alternatif Wisata dan Citra Kota Yogyakarta (Sejarah dan Budaya Vol 15 No 1, 2021) disebutkan sejarah gudeg berkaitan dengan pembangunan Kerajaan Mataram.

ADVERTISEMENT

Kerajaan Mataram yang dibangun pada tahun 1500-an itu berada di wilayah yang memiliki banyak pohon nangka yang buahnya melimpah. Alhasil, rakyat Mataram saat itu mulai mencari cara untuk membuat masakan yang berbahan dasar nangka, terutama gori atau nangka muda.

Sebab, nangka tidak termasuk hasil pertanian yang diincar penjajah karena nilai jualnya rendah. Singkat cerita, ditemukan cara mengolah gori menjadi masakan. Nangka muda direbus cukup lama hingga teksturnya lembut, kemudian diberi bumbu rempah sederhana dan campuran kelapa.

Namun dalam jurnal karya dua peneliti dari Universitas Bunda Mulia itu, LS Mega Wijaya Kurniawati dan Rustono FM, tidak disebutkan kapan gori pertama kali dimasak. Jurnal itu hanya menyebutkan masakan dari 'limbah nangka' itu merupakan makanan rakyat biasa seperti prajurit atau buruh.

Karena dimasak dalam porsi besar untuk orang banyak, maka wadahnya pun menggunakan ember besar dari logam dan diaduk menggunakan alat yang menyerupai dayung perahu. "Teknik mengaduk ini dalam Bahasa Jawa disebut hangudek atau hangudeg, dan dari sinilah nama gudeg berasal hingga dikenal luas" (Sejarah dan Budaya, 2021:29).

Baca Juga: Resep Gudeg Jogja yang Sedap Ngangeni

2. Gudeg Tercatat dalam Serat Centhini

Rumah Jawa : Asem-asem Iga dan Nasi Gudeg Mlekoh Pengobat KangenSeporsi nasi gudeg dengan sambal krecek dan pelengkap lauk lainnya. Foto: detikFood/Devi S. Lestari

Menurut buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini yang diterbitkan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jogja pada 2014, gudeg termasuk salah satu masakan tradisional yang disebut dalam Serat Centhini.
Serat Centhini ditulis pada 1814-1823 atas perintah Adipati Anom Amangkunegara III yang kemudian menjadi raja Keraton Kasunanan Surakarta dengan gelar Sunan Pakubuwono V.

Terdiri dari 12 jilid, Serat Centhini juga dikenal sebagai Ensiklopedia Kebudayaan Jawa. Sebab, Serat yang disusun oleh tiga tenaga ahli dari Keraton Solo ini meliput berbagai pengetahuan, dari sejarah, geografi, arsitektur, ilmu agama, seni, seksologi, kuliner, dan lain-lain.

Dalam buku itu dijelaskan bahwa gudeg nangka bumbunya terdiri dari daun salam, daun jeruk, lengkuas, gula jawa, santan, kemiri, ketumbar, terasi, jintan, dan garam. Dalam Serat Centhini disebutkan, gudeg nangka itu disajikan di wilayah Mataram (Jogja), Wanagiri (Wonogiri), Tembayat (Bayat, Klaten).

Baca Juga: 7 Sayur Khas Jawa Ini Ada Sejak 2 Abad Lalu dan Tertulis di Serat Centhini

3. Gudeg Mulai Populer Tahun 1970-an

Di Jogja, gudeg berkembang menjadi makanan yang populer. Beriringan dengan perkembangan Jogja sebagai kota wisata pada kurun 1970-1980-an, berjualan gudeg pun mulai menjadi mata pencaharian baru bagi warga Jogja di Jalan Wijilan.

Lambat laun gudeg pun 'naik pangkat'. Tak hanya disajikan di warung kaki lima, gudeg kini juga menjadi menu istimewa di hotel dan restoran. Gudeg zaman sekarang juga tak hanya dibungkus besek, tapi juga dikemas dalam kaleng yang tahan lama untuk oleh-oleh.

Baca artikel selengkapnya DI SINI.

Baca Juga: Sejarah Gudeg Jogja dari Serat Centhini hingga Masa Awal Mataram




(adr/adr)

Hide Ads