Koki di Kereta Harus Masak Serba Cepat dan Tak Baperan

Sudrajat - detikFood
Selasa, 26 Jul 2022 14:00 WIB
Foto: Sudrajat
Jakarta -

Memasuki jam makan siang, suasana di gerbong restorasi Argo Bromo rute Gambir Jakarta - Pasar Turi Surabaya terlihat hiruk pikuk. Suara lantang sejumlah penumpang bersahutan mengajukan pesanan. Masing-masing seolah ingin pesanan didahulukan.

Pramugari Kikis dan Pramugara Arifka dengan cermat mencatat semua pesanan. Selanjutnya giliran Efendi, sang koki, yang mengeksekusi menu-menu pesanan itu dengan cekatan. Ada nasi goreng Parahyangan, mie godog/goreng Jawa, bakso, sei sapi, hingga dori rica-rica.

"Ya, kami harus bekerja serba cepat sekaligus tidak boleh baperan," kata lulusan SHS (Surabaya Hotel School) pada 2017 itu seraya tersenyum. Kalau ada keluhan atau dimarahi sekalipun oleh penumpang harus diterima dengan baik. Jangan dimasukan ke hati karena bisa mengganggu fokus ke pekerjaan.

"Akibatnya pasti akan mempengaruhi ke rasa. Saya pernah mengalaminya saat bekerja di restoran di Surabaya," tutur Efendi. Bagaimana pun, ia melanjutkan, penumpang adalah raja. Sebagai koki maupun para pramugara dan pramugari harus melayani mereka dengan sebaik mungkin.

Efendi, koki yang bertugas di kereta Argo Bromo rute Gambir Jakarta – Pasar Turi Surabaya. Foto: Sudrajat

Dia mulai bersedia berbincang dengan detikfood setelah lewat pukul 14.00, ketika jumlah pemesan sudah berkurang. Meja-meja di restorasi pun tinggal satu-dua yang ditempati penumpang untuk sekadar kongkow.

Efendi mengaku mulai bergabung dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sejak 2020. Semula dia ditempatkan di dapur darat yang bertugas memasak aneka menu dasar yang akan dibawa ke restorasi setiap rangkaian kereta.

Efendi mengatakan jadi koki di kereta harus masak serba cepat. Foto: Sudrajat

Sejak Juni 2021, lelaki kelahiran Lamongan 1994 itu mulai dipercaya bertugas di restorasi Agro Bromo Anggrek. Kemampuannya mengolah beberapa menu didapat dari sang ayah yang pedagang bakso keliling. Karena keterbasan biaya, begitu lulus SMA pada 2012 Efendi memilih langsung bekerja.

Selama empat tahun dia berkelana dari hotel dan restoran di sekitar Lamongan, Tuban, dan Surabaya. "Setelah punya cukup tabungan saya ikut sekolah masak-memasak di SHS dan lulus pada 2017," kata Efendi.

Sebagai lulusan SHS, dia mengaku menguasai untuk memasak aneka menu masakan China, Korea, Barat, dan tentunya sejumlah menu tradisional Indonesia.



Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"

(adr/adr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork