Saat ini pedagang kerak telor semakin sulit ditemui di jalanan Ibu Kota. Nah, buat yang rindu cita rasa gurih dan manis dari kerak telor bisa mampir di Allo Bank Festival 2022 di Istora Senayan, Jakarta.
Di sini, ada booth kerak telor khas betawi. Tepatnya Kerak Telor Mpok Yani, yang sudah berusia lebih dari 20 tahun. Harga 1 porsinya cukup terjangkau, yakni Rp 35 ribu untuk kerak telor ayam, dan Rp 40 ribu untuk kerak telor bebek.
Laras yang merupakan anak Ibu Yani mengatakan booth miliknya cukup ramai dikunjungi anak-anak muda di Allo Bank Festival. Setidaknya ada 300 porsi kerak telor yang terjual di hari pertama acara.
"Kerak telor itu ramainya sore menjelang malam. Omzetnya kurang lebih Rp 9-10 juta," katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu (21/5/2022).
Lebih lanjut Laras mengatakan resep kerak telor yang dijualnya diturunkan secara turun-temurun oleh sang nenek.
"Dulu zamannya mangkal di depan Alfamart. Jualannya pakai gerobak kecil, warnanya cokelat saja dan belum ada hiasannya," jelasnya.
Menurutnya yang membuat Kerak Telor Mpok Yani istimewa karena bumbu yang diolah secara tradisional alias tidak menggunakan bumbu instan.
"Rasanya beda. Kalau kerak telor lain kebanyakan bumbunya jadi. Kalau ini (bumbunya) benar-benar di sangrai dulu," katanya.
Diakui Laras, usaha kerak telor yang dirintis oleh keluarganya semakin berkembang hingga kini sudah memiliki kafe di daerah Jakarta Selatan. Kafe tersebut menjual aneka macam makanan khas Betawi. Tak hanya kerak telor, tapi juga ada karedok dan gado-gado.
Di samping menjalankan kafe, Kerak Telor Mpok Yani juga aktif mengikuti berbagai macam event atau pameran. Bahkan saat ini ia sudah memiliki 2 food truck. Tujuannya untuk melestarikan kerak telor, dan memperkenalkannya ke anak-anak muda agar semakin banyak yang mengenal makanan tradisional Betawi.
"Kalau nggak dipertahanin gimana ya. Ini kan budaya Jakarta. Nanti nggak ada makanan khas Jakarta," ungkapnya.
"Kita harus ikut zaman juga, tapi tetap mempertahankan tradisional-nya," tandasnya.
Simak Video "Santai Bareng Keluarga di Rumah Makan dengan Suasana Perkampungan"
(prf/ega)