Ke Manado? Jangan Lupa Cobain Panada Isi Ikan yang Menggoyang Lidah

Ke Manado? Jangan Lupa Cobain Panada Isi Ikan yang Menggoyang Lidah

Jihaan Khoirunnisa - detikFood
Selasa, 15 Mar 2022 11:11 WIB
Panada, Roti Goreng Isi Ikan Khas Manado yang Menggoyang Lidah
Foto: Dok. Instagram.com/lumbung_kawanua
Jakarta -

Siapa yang tidak tergoda dengan jajanan dari Sulawesi Utara, panada? Kue ini memiliki aroma khas serta rasa pedas dan gurih yang bisa bikin ketagihan.

Ada yang bilang panada diadaptasi dari kuliner Portugal. Sekilas, kue ini terlihat mirip dengan pastel. Keduanya berbentuk seperti bulan setengah dengan ukiran khas di sepanjang sisinya.

Yang membedakan, adonan kulit panada lebih tebal dari pastel. Saat digigit, kulit panada terasa empuk dengan kejutan isian yang melimpah. Nyam!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya panada berisi suwiran ikan cakalang berbumbu pampis yang menggoyang lidah. Bumbu panpis ini terbuat dari ikan cakalang yang dimasak dengan bawang merah, cabe merah, daun bawang, daun jeruk, dan kemangi.

Kendati demikian saat ini bermunculan kreasi panada dengan isian manis seperti cokelat, keju, hingga cokelat keju. Jika mampir ke Manado, kamu wajib mencicipi kue tradisional ini. Nggak perlu pusing cari panada, saat mengunjungi Manado, melipir saja ke Resto Lumbung Kawanua. Letaknya ada di daerah Bumi Nyiur, Kecamatan Wanea, Manado.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya jajanan saja, di Resto Lumbung Kawanua kamu juga bisa menikmati beraneka ragam masakan khas Sulawesi Utara lainnya, lho. Di antaranya olahan cakalang fufu yang populer. Ikan cakalang segar diberi bumbu khusus. Kemudian diawetkan dengan pengasapan menggunakan kerangka bambu. Selain itu ada juga mie loba, mie rusuk, serta mie cakalang. Harganya bervariasi tergantung menu yang dipilih. Untuk mengetahui lebih lengkap bisa mengunjungi laman Instagram @lumbung_kawanua.

"Restoran saya menjual makanan khas daerah Sulawesi Utara, (seperti) cakalang fufu kuah gedi dan masakan tradisional lainnya," ujar Maya Jane selaku owner Lumbung Kawanua kepada detikcom.

Maya mengatakan, usahanya tersebut sudah berjalan hampir 4 tahun sejak 2018. Setiap bulan setidaknya ada 200 porsi makanan terjual. Dari jumlah tersebut, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 60 juta.

Kendati demikian, pandemi COVID-19 yang melanda hampir 3 tahun memberikan dampak cukup dalam bagi kelangsungan usaha kuliner milik Maya.

"Ya, (selama pandemi jadi) sepi orderan. Tapi saya tetap berlaku penjualan (secara) online dan offline," terangnya.

Di samping mendorong promosi lewat media sosial, Maya menyebut dirinya juga berpartisipasi dalam program Kembangkan Bisnis Kulinermu persembahan detikcom dan Kraft Heinz Food Service. Dia berharap ilmu yang didapatkan bisa semakin mendorong perkembangan usaha.

"Besar harapan bisnis kuliner kami akan semakin berkembang di masa masa sulit sekarang ini," tandasnya.

(akd/ega)

Hide Ads