Sajian nasi tumpeng dengan isian aneka lauk pauk biasa ditemui pada perayaan peristiwa-peristiwa penting, terutama pada masyarakat di Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Umumnya, tumpeng disajikan dalam tampah dari anyaman bambu berukuran besar yang nantinya dapat dinikmati bersama-sama.
Kini, inovasi tumpeng juga hadir dalam bentuk lebih kecil yang umum dikenal sebagai tumpeng mini. Ukurannya yang kecil membuat tumpeng dapat dengan mudah dibagikan sebagai hantaran maupun konsumsi di berbagai acara dan momen spesial. Tentunya, hal ini pun menjadi peluang bisnis yang menarik terutama bagi pelaku bisnis di bidang kuliner.
Salah satu pelaku usaha yang sudah melirik peluang bisnis ini sejak lama ialah Rose Erina Krisnawanti. Perempuan asal Solo ini mendirikan bisnis kulinernya yang bernama Vastakitchen sejak 2016 lalu dengan menu tumpeng mini sebagai andalannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cerita awalnya dimulai dari bisnis babyshop yang harus tutup, tanpa disangka ada tetangga yang meminta untuk dibuatkan tumpeng untuk acara pengajian. Dari situ ide untuk bisnis kuliner muncul," ungkap Rose kepada detikcom.
Bermula dari permintaan orang terdekat, ia pun memulai promosi bisnis kulinernya melalui Facebook dan Instagram. Hingga sedikit demi sedikit, Rose mendapatkan pesanan tumpeng dan nasi box dari tetangga dan pelanggan yang umumnya digunakan untuk sebagai hantaran syukuran, pengajian, perayaan ulang tahun, dan lain sebagainya.
Tumpeng-tumpeng buatan Rose yang umumnya menggunakan nasi kuning ini dikemas dalam bentuk beragam sesuai permintaan. Mulai dari kemasan besek yang ramah lingkungan, kemasan box nasi, hingga kemasan ala rice bowl yang kekinian.
Isinya pun beragam. Bisa dilengkapi isian telur, tempe kering, suwiran ayam atau ayam potong, sambal goreng kentang, kerupuk, dan lain sebagainya.
Tak hanya menawarkan sajian tumpeng mini saja, ia juga bisa menyajikan tumpeng berukuran besar dengan isian yang lebih beragam dan hiasan yang menarik. Selain itu, ia juga mengembangkan varian menu yang lebih beragam, seperti tahu walik, ayam ingkung, dan sambal kemasan beraneka rasa, seperti sambal cumi dan sambal teri yang diproduksi sendiri.
Meski hanya mengandalkan penjualan secara online tanpa memiliki toko offline, Rose mengaku permintaan dari pelanggannya tetap saja berdatangan. Hanya saja, kondisi pandemi sempat memberi dampak pada penjualan produknya yang menurun.
Untuk itu, ia mencoba mengikuti program pengembangan bisnis kuliner untuk dapat mengembangkan bisnisnya dan mempertahankannya di tengah badai pandemi ini. Adapun program perdana yang ia ikut ialah 'Kembangkan Bisnis Kulinermu' dari detikcom dan Kraft Heinz Food Service.
"Sebelumnya saya belum pernah mengikuti program ini, jadi ini adalah pertama kali nya, jadi saya merasa excited dengan adanya program ini," katanya.
Ia pun menaruh harapan yang besar melalui program ini, agar bisnisnya bisa semakin dikenal oleh banyak orang lagi dan semakin maju.
(fhs/ega)