Pandemi COVID-19 membuat sebagian masyarakat beralih untuk menggeluti bisnis. Dalam hal ini, bisnis kuliner menjadi salah satu yang banyak dilakukan masyarakat.
Pemilik Kentunk, Arstantya Raka menjadi salah satu wirausaha yang akhirnya terjun ke bisnis kuliner di tengah pandemi. Berawal dari hobi masak, Raka pun membuat bisnis keripik kentang serut di akhir tahun 2020.
"Awal mula berdiri pada bulan Desember 2020 karena pandemi karena ingin mencari penghasilan lain di luar usaha sebelumnya, yaitu jualan barang musiman. Tekad saya ingin memiliki brand semakin kuat namun saya masih bingung mau usaha apa. Saya hobi memasak dan ingin bisnis di bidang ini sehingga saya berpikir usaha kuliner apa yang bisa dipasarkan di seluruh Indonesia bahkan dunia dan memiliki masa kadaluarsa yang lama. Akhirnya tercetuslah usaha camilan dan terciptalah keripik kentang serut ini," ujarnya kepada tim detikcom baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih memilih berbisnis keripik singkong, Raka mengaku dirinya lebih tertarik dengan keripik kentang. Sebab, saat ini masih sedikit orang yang menjual keripik kentang.
"Awalnya kenapa memilih kentang, karena pemainnya tidak sebanyak keripik singkong dan harga kentang cukup mahal, sehingga akan sulit untuk pemain baru masuk ke bidang kentang," katanya.
Berbeda dari jenis keripik kentang lainnya, Raka melakukan sebuah inovasi dengan menghadirkan keripik kentang serut. Tak hanya itu, ia juga menyediakan dua pilihan rasa, yakni original, truffle, dan pedas. Untuk varian rasa pedas, Raka pun membebaskan konsumen untuk memilih level kepedasannya sendiri. Konsumen bisa memilih level pedas mulai dari level 1 hingga level 3.
"Awalnya ingin membentuk seperti kentang mustofa, namun karena terlalu banyak sehingga kita pilih untuk diserut saja. Bentuk keripik kentang Kentunk saya buat unik, yaitu panjang panjang seolah seperti diserut. Itulah awal mula kita membangun brand Kentunk," katanya.
"Kerpik kentang serut dari Kentunk rasanya asin, gurih, ada daun jeruknya yang bikin nggak eneg pas makan. Level 1 dibuat untuk uang nggak terlalu suka pedas, tapi doyan pedas. Kalau pecinta pedas bisa cobain level 3, dan level 2 buat yang suka pedas nikmat," jelasnya.
Selain menggunakan 100% kentang original, Raka mengatakan saat ini Kentunk juga sudah tersertifikasi oleh Dinas Kesehatan.
"Saat ini kentunk sudah memiliki legalitas usaha DINKES P-IRT Kabupaten Sleman, NIB, dan sedang proses HAKI Merek dagang," katanya.
Soal harga, Kentunk juga dijual dengan harga terjangkau yakni Rp 25.000 untuk ukuran 120 gram. Dalam satu bulan, Raka mengaku bisa menjual hingga 200 pcs dengan omzet Rp 3 juta sebulan.
Di tengah pandemi, Raka pun mengaku tak mengalami penurunan omzet yang signifikan. Namun, dirinya tetap terus berupaya untuk meningkatkan pemasaran melalui berbagai hal.
"Sebulan bisa jual 200 pack dengan revenue Rp 3 juta per bulan. Kecenderungannya tidak berdampak karena sejak awal bisnis kami full online. Pemasarannya pun menggunakan digital marketing seperti FB ads dan IG ads," katanya.
"Strategi kami adalah memperkuat brand Kentunk agar selalu diingat di benak konsumen. Endorsement ke micro influencer agar mendapatkan engagement tinggi. Saat ini kami sedang ekspansi pemasaran via retail modern di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Secara garis besar, tidak ada perubahan yang terjadi saat pandemi," paparnya.
Selain gencar melakukan strategi online, Raka juga terus belajar melalui berbagai hal, termasuk dengan mengikuti program Kembangkan Bisnis Kulinermu dari Kraft Heinz Food Service x detikcom. Ia pun mengaku mendapat banyak ilmu dari para pakar dalam mengembangkan bisnis kulinernya.
"Selama mengikuti program, saya banyak mendapatkan inspirasi dari berbagai narasumber terlebih lagi narasumber adalah orang orang yang hebat di bidang yang saya tekuni. Banyak strategi strategi yang saya belum terpikirkan sebelumnya dan akhirnya dapat memberikan inspirasi bagi bisnis saya," tutupnya.
(akn/ega)