Para perajin kerupuk di Boyolali mengeluhkan harga minyak goreng curah yang terus naik, bahkan tembus Rp 18.000/kg. Harga ini dirasa mencekik sebab di sisi lain, harga jual kerupuk sulit dinaikkan.
"Selama saya menekuni (usaha) kerupuk itu sudah 20 tahun lebih, harga (minyak goreng curah) yang mencekik benar-benar itu saat ini. Dulu itu paling harga Rp 9.000 - Rp 10.000 per kilogram, naik paling menjadi Rp 11.000, okelah. Paling satu dua kali beli (harga sudah turun lagi). Tapi sekarang sudah sampai Rp 17.500 - Rp 18.000 per kilogram," kata Widodo, seorang perajin kerupuk warga Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, ditemui di rumahnya Rabu (27/10/2021).
Selain terigu, minyak goreng menjadi kebutuhan utama perajin kerupuk, khususnya penggoreng. Menurut dia, sejak mendirikan usaha kerupuk 20 tahun lalu, kenaikan harga minyak goreng tertinggi terjadi saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kenaikan harga sudah berlangsung sejak Januari lalu. Harganya terus merangkak naik dan saat ini tembus Rp 18.000/kg.
"Sudah lama (mulai naik). Meningkatnya bertahap tapi terus. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda turun. Naiknya terus. Bayangkan dulu curah itu Rp 9.000 - Rp 10.000 per kilogram, sekarang Rp 17.500 - Rp 18.000/ kg. Kalau kebutuhannya 100 kg, sudah berapa itu? Itu nyata, memang berat sekali. Kalau naik, Rp 2.000, Rp 3.000 - Rp 4.000 okelah. Biasanya sesaat, kemudian turun lagi, stabil. Tapi ini nggak," keluhnya.
Padahal, kebutuhan minyak goreng untuk usahanya cukup besar. Satu kuintal kerupuk membutuhkan 34 kg minyak goreng. Dalam sehari dia bisa memproduksi hingga beberapa kuintal kerupuk dengan berbagai jenis. Tentu, kenaikan minyak curah ini membuat usahanya semakin sulit.
![]() |
"Memang saat ini penggoreng terutama, perajin kerupuk seperti saya dan semuanya, itu kan kebutuhan (minyak goreng) banyak. Paling nggak berapa puluh kilogram, bisa sampai 100 kg, makanya peningkatan memang ya Allah berat sekali," imbuh dia.
Ditambah lagi pada musin kemarau, peminat kerupuk tidak sebanyak saat musim penghujan. Mau menaikkan harga jual kerupuk, pihaknya juga tidak berani karena takut pelanggan malah pergi.
"Kita bertahan saja, jangan sampai pelanggan hilang. Minus nggak apa-apa. Musim kering begini gorengan sepi. Kalau musim penghujan (permintaan) gorengan meningkat. Demi pelanggan, meskipun mencekik, berat tetap dilakukan. Karena nggak ada pilihan lain," ucap Widodo.
![]() |
Dia dan perajin kerupuk lainnya sempat beralih ke minyak goreng kemasan karena harganya cenderung sama. Sayangnya, banyaknya perajin lain yang banting setir memakai minyak kemasan dengan kebutuhan besar membuat jenis minyak ini juga sempat langka.
Kenaikan harga minyak goreng curah juga dirasakan pedagang di Pasar Boyolali Kota. Salah seorang pedagang sembako di Pasar Boyolali Kota, Retno, menyebutkan hanya minyak goreng curah saat ini tembus Rp 18.500/kg. Padahal, dulunya harganya berkisar Rp 10.000-Rp 11.000/kg.
"Nggak tahu kenapa harganya naik. Pembelinya ya menurun. Kalau minyak kemasan malah Rp 17.000/liter," katanya kepada detikcom.
(adr/adr)