Tak banyak usaha yang bisa bertahan dan beradaptasi seiring perubahan zaman. Jika ada, pasti hanya bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Angkringan Lik Man yang merupakan angkringan tertua di Jogja.
Di Yogyakarta ada angkringan tertua yang sudah berusia lebih dari enam dekade. Bahkan, saat roda ekonomi dan kehidupan sempat mengalami kekisruhan tahun 1965, usaha tersebut tetap bisa bertahan.
"Jadi saya generasi ketiga. Pertama yang jualan ya simbah atau bapaknya Lik Man. Yang saya ingat jualan sebelum tahun 1965. Karena saat ada kisruh PKI simbah sempat berhenti," kata Juwandi, generasi ketiga Angkringan Lik Man, ditemui di Selasar Malioboro, Stasiun Tugu, tempat relokasi Angkringan Lik Man dari utara Stasiun Tugu, Rabu (15/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juwandi mengungkapkan, perjalanan usaha keluarga tersebut memang panjang. Simbahnya berhenti selama sekitar tiga tahun saat ada pemberontakan PKI.
"Tahun 1968 itu simbah sudah jualan ngajak bapak saya ya Lik Man itu ke dalam stasiun sampai 1972," jelas dia.
![]() |
Kemudian, lanjut Juwandi, tahun 1972 angkringan ini bertahan di samping Pos Polisi Teteg Tugu. Berada di sini selama dua tahun, untuk kemudian kembali ke Jalan Wongsodirjan utara Stasiun Tugu sampai 2021 lalu.
"Pas pindah ke Jalan Wongsodirjan sekitar tahun 1974, itu baru dikasih arang yang bunyinya joss," katanya.
Juwandi mengungkapkan, angkringan keluarga tersebut mengalami pasang surut. Tapi, simbah dan bapaknya selalu konsisten untuk berjualan.
"Walah mas, yang penting hasilnya cukup buat kebutuhan sehari-hari. Tahun 2008, saya menggantikan bapak. Bapak total istirahat jualan. Kasihan sudah sepuh masih melek (begadang) sampai malam," kata Juwandi.
Ia mengaku, pesan dari orangtuanya tersebut yang menjadi pegangan dirinya bersama dengan adik dan keponakan meneruskan usaha yang di Solo dan Klaten disebut Nasi Hiks tersebut.
"Alhamdulillah bapak masih sehat, sekarang ngurus sawah di rumah (Klaten). Yang penting konsisten jualan," imbuhnya.
Sempat mengalami kendala saat PPKM Level 4, tempatnya berjualan yang saat ini berada di Kawasan Stasiun Tugu, harus tutup. Tapi, Juwandi tetap yakin dengan berbagai kendala, tetap bisa memiliki pendapatan.
![]() |
"Memang sempat turun (dari relokasi di utara Stasiun Tugu ke Selasa Malioboro). Tapi tetap ada pendapatan," jelasnya.
Kini, dengan trademark kopi joss, yaitu kopi menggunakan arang, Angkringan Lik Man menjadi salah satu destinasi wisata. Bahkan, beberapa wisatawan dari luar daerah yang pernah kuliah di Yogyakarta, kerap meluangkan waktu sekadar mengobati rasa kangen ngopi joss.
"Kebetulan ini sekalian pulang kampung. Sekalian reuni, cuma lokasinya saja berubah, suasana juga berubah," kata Rahmat Arofan salah seorang alumni UGM yang kini bekerja di luar DIY saat mampir ke Angkringan Lik Man.
(adr/adr)