Dampak PPKM Darurat terasa di berbagai sektor. Penjual bubur keliling pun harus berjalan menjajakan dagangannya lebih jauh lagi agar buburnya habis terjual.
Penjual bubur keliling di Demak, Jawa Tengah merasakan pendapatannya berkurang saat pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat. Penjual keliling tersebut harus mendorong gerobaknya lebih jauh ke kompleks-kompleks rumah untuk menawarkan bubur yang belum terjual.
Salah satu penjual bubur keliling, Rasminingsih (53) mengatakan ia yang bisanya jualan dari pukul 13.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB, saat ini harus keliling lagi hingga pukul 20.00 WIB. Rasminingsih menjelaskan, dirinya berjualan dari Desa Cabean hingga wilayah Perumnas, Kecamatan Demak Kota.
"(Pendapatannya) berkurang, bisanya pukul 17.00 WIB sudah pulang, sekarang sampai pukul 20.00 WIB baru pulang," ujarnya saat dijumpai di Jalan Kyai Singkil, Demak, Jumat (16/7/2021).
Ia menjelaskan bubur tradisional yang dijajakan antara lain bubur candil, ketan hitam, mutiara, dan sebagainya. Dirinya mengaku pendapatannya berkurang dari omzet harian biasanya Rp 700 ribu menjadi Rp 450 ribu.
"Kadang-kadang mendapat Rp 700 ribu, ini dapat Rp 450 ribu. Ini keliling dari kampung ke kampung. Kondisinya sepi sekali, tapi asal aku sehat tidak apa-apa," terangnya yang terlihat mengenakan masker.
Sementara itu, Kapolres Demak AKBP Andhika Bayu Adittama selama PPKM Darurat ini pihaknya melakukan sosialisasi dan bantuan kepada pedagang kaki lima. Ia menyebut sejumlah 250 paket sembako ia bagikan setiap harinya.
"Kita (TNI Polri) setiaphari melakukan kegiatan patroli imbauan dan pemberian bantuan khususnya kepada para pedagang kaki lima yang terdampak PPKM Darurat ini. Sehari kita melaksanakan bantuan sebanyak 250 paket sembako kepada mereka semua," jelas Andhika.
Diketahui satu paket sembako tersebut berisi 5 kilogram beras, 5 bungkus mie instan, 1 liter minyak goreng, dan 10 buah masker.
Simak Video "Jogja Coffee Week #3, Pestanya Pencinta Kopi Nusantara"
(adr/adr)