Legenda wedang ronde di Alun-Alun Utara, Mbah Payem, atau kerap disapa Mbah Galak telah wafat. Ia meninggal dengan usia 98 tahun, Rabu (30/6) pukul 02.00 WIB.
Wartilah, salah seorang anaknya, menjelaskan, Mbah Payem mengalami sakit selama dua bulan terakhir. Ia pun hanya kadang-kadang menunggui anaknya, Waryani berjualan di depan Naufal Optic, Jalan Kauman, Yogyakarta.
"Sakit sepuh (tua) aja. Sudah dua bulan tidak berjualan. Sakit parahnya satu bulan," kata Wartilah ditemui di kediaman Mbah Payem, RW 06, RT 23 No 81. Kadipaten Kulon, Kelurahan Kadipaten, Kemantren Kraton, Yogyakarta, Rabu (30/6/2021).
Ia mengungkapkan, seingat dirinya, Mbah Payem jarang sakit. Ia selalu berusaha untuk berjualan wedang ronde.
"Simbok (ibu) jarang sakit. Paling banter (paling parah) nggak enak badan aja. Istirahat sehari dua hari sudah sembuh," jelasnya.
Hal tersebut, lanjut Wartilah, juga dibenarkan dokter. Selama sakit dua bulan, anak-anaknya sudah membawa ke rumah sakit. Mereka sempat khawatir, Mbah Payem sakit saat ada pandemi COVID-19.
"Tapi sudah dites sama dokter, katanya karena sudah sepuh. Ya akhirnya dibawa pulang. Dirawat di rumah," jelasnya.
Saat sakit selama dua bulan ini, kata Wartilah, Mbah Payem harus dibantu untuk ke kamar mandi. Mbah Payem sudah tidak bisa kemana-mana.
"Harus digotong untuk ke kamar mandi. Satu bulan terakhir sakitnya langsung blek. Nggak bisa kemana-mana," katanya.
Baca juga: 5 Street Food Legendaris di Yogyakarta |
Mbah Payem legenda wedang ronde ini, meninggalkan sembilan anak, lima laki-laki, empat perempuan, 22 cucu, dan 12 buyut. Jenazahnya dikebumikan di makam setempat.
Seperti diketahui wedang ronde legendaris ini dijual oleh Mbah Payem (90) sejak tahun 1965. Ia berjualan di tempat tersebut sejak dulu hingga wafat dengan gerobak dorongnya.
Simak Video "Jogja Coffee Week #3, Pestanya Pencinta Kopi Nusantara"
(odi/odi)