Wedang ronde Mbah Payem ini terletak di sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Tepatnya di Jl Kauman. Tak jauh dari simpang empat Jl Nyai Ahmad Dahlan, Jl Agus Salim dan jalan menuju kawasan Ngasem.
Wedang ronde legendaris ini dijual oleh Mbah Payem (90) sejak tahun 1965. Ia berjualan di tempat tersebut sejak dulu sampai sekarang tak berubah dengan gerobak dorongnya.
![]() |
Mbah Payem mengatakan, pada masa-masa Presiden Soeharto, dirinya kerap diundang ke Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta oleh orang yang mengaku ajudan Presiden RI ke-2 tersebut. Ia diminta membuat wedang ronde untuk acara di istana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu mangkok wedang ronde Mbah Payem berisi dua butir ronde, yang dibuat asli dari beras ketan, kolang kaling berwarna merah muda yang empuk dan kacang yang renyah. Manisnya pas, tidak terlalu manis karena dibuat dari gula asli. Jahe pada wedang ronde ini terasa pedas, cocok untuk menghangatkan tubuh di dinginnya malam.
![]() |
Baca Juga : Cara Membuat Wedang Jahe yang Enak dan Pedasnya Nendang
Setiap hari, Mbah Payem membuat wedang ronde mulai pukul 17.00 WIB. Selanjutnya, Mbah Payem berjalan membawa gerobak dari rumahnya, yang berada di Kelurahan Kadipaten. Tidak jauh dari tempatnya berjualan di sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Tepatnya, di pinggir Jalan Kauman, 200 meter sebelum pertigaan Alun-alun Utara.
Mbah Payem mulai berjualan pukul 19.30 WIB hingga wedang ronde buatannya habis. Mbah Payem menjual satu porsi wedang ronde dengan harga Rp 6.000 saja.
"Kulo mboten golek bathi akeh-akeh, mbak (Saya tidak mencari untung banyak-banyak, mbak)," ujar Mbah Payem ketika ditemui detikcom, Rabu (20/11/2019) malam.
![]() |
Pengunjung wedang ronde Mbah Payem dapat menikmati hidangan di kursi yang telah disediakan di pinggir jalan. Sebanyak empat orang dapat duduk di kursi kayu panjang dan dua orang bisa duduk di kursi plastik merah yang juga ada di sana.
Sekitar pukul 21.30 WIB, pengunjung dapat lesehan dan menikmati wedang ronde di teras toko kacamata (optik) yang berada di belakang wedang ronde Mbah Payem karena optik tersebut sudah tutup.
Mbah Payem sangat ramah dengan para pengunjung yang datang. Hampir semua pengunjung yang duduk di sebelahnya, diajak mengobrol menggunakan Bahasa Jawa kromo. Mbah Payem tetap semangat menjajakan wedang ronde hingga larut malam.
![]() |
Tidak lupa, Mbah Payem pasti menawarkan wedang ronde lagi kepada pengunjung yang telah menyelesaikan wedang rondenya. Para pengunjung telihat nyaman berada di sana untuk bercanda tawa, juga sambil mengobrol dengan Mbah Payem.
"Memang sering ke sini (wedang ronde Mbah Payem). Walaupun jauh, tapi enak, beda dari (wedang ronde) yang lain. Murah juga," ungkap Yeyen (24), pengunjung yang bertempat tinggal di Babarsari. Ia mengaku tidak masalah harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menikmati wedang ronde Mbah Payem.
Malam itu, Mbah Payem tidak berjualan sendiri. Mbah Payem dibantu oleh cucunya yang duduk di kelas 5 SD. Saat ini, Mbah Payem tinggal bersama anak-anaknya di rumah. Mbah Payem memiliki 9 orang anak, tetapi belum ada yang meneruskan usaha wedang rondenya tersebut.
Baca Juga : Dari Jawa Ada Wedang Uwuh hingga Wedang Secang yang Semerbak
(raf/odi)