Lupis merupakan jajan pasar khas Jawa. Dibuat dari beras ketan berbungkus daun pisang. Di Pacitan ada lupis unik yang dijual hanya 2 hari dalam seminggu.
Lupis atau lopis berupa adonan ketan yang dibungkus daun pisang bentuk silinder seperti lontong. Ada juga yang dibungkus bentuk segi tiga. Dimakan dengan taburan kelapa parut dan kucuran sirop gula Jawa atau kinca.
"Kita cuma buka hari Jumat dan Minggu," kata pemilik usaha bernama Luky Puspitosari (38) berbincang dengan detikcom di rumahnya Perumahan Sundeng, Bangunsari, Sabtu (26/6/2021) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski hanya buka seminggu dua kali, namun pembeli tak pernah sepi. Sehari menjelang waktu layanan aplikasi Whatsapp di smartphone milik Luky selalu banjir japri. Isinya pesanan lupis untuk esok harinya.
![]() |
Bisnis yang ditekuni ibu dua putri tersebut baru mulai sejak awal pandemi COVID-19. Kala itu Luky yang berstatus karyawati pemkab memiliki cukup banyak waktu luang. Hal itu imbas dari kebijakan Work from Home (WFH).
Berawal dari diskusi sesama rekan, minat Luky pun akhirnya tertuju pada jajanan tradisional tersebut. Terlebih sejak kanak-kanak penganan yang banyak dijajakan di pasar tradisional itu menjadi makanan favoritnya.
"Kebetulan saya penyuka lupis dan dari kecil suka makan (lupis)," papar perempuan alumni STPDN itu sembari menuturkan pengalamannya uji coba resep hingga berkali-kali.
![]() |
Menurut Luky, tahapan yang paling butuh kesabaran adalah menanak ketan. Terlebih masing-masing varian memiliki karakter berbeda. Berikutnya adalah proses merebus gula merah. Komposisi maupun lama waktu merebus harus tepat.
Seperti halnya pelaku bisnis lain, selama pandemi suami Ardyan Wahyudi itu sengaja membidik pasar daring. Metode promosi pun hanya mengandalkan media sosial. Ternyata dari situlah akhirnya muncul ratusan orang pelanggan tetap.
"Saya upload di WA saya. Kok banyak yang merespon. Langsung memesan ke saya. Kemudian bertahap makin hari makin berkembang," tambahnya.
![]() |
Kini lupis yang diberi merk 'Rasa' tak hanya melayani pelanggan pribadi. Pemasarannya mulai menembus kantor pemerintahan. Biasanya dalam jumlah besar. Yakni untuk sajian pada acara-acara resmi. Bahkan produk bikinan Luky sudah merambah kota sekitar.
"Kalau mau order di luar itu (Jumat dan Minggu) ya harus pesan dulu," terang Luky yang mengaku pernah mendapat pesanan dari Ponorogo, Madiun, Surabaya, hingga Yogyakarta.
"Awalnya sempat bingung kasih merk. Akhirnya diputuskan pake nama 'Rasa'. Singkatan dari nama dua anak saya. Yaitu Rara dan Salsa," tuturnya sambil tertawa.
![]() |
Untuk mengolah lopis yang lembut dibutuhkan waktu cukup lama. Baik ketan putih maupun ketan hitam harus direndam minimal 1 jam. Berikutnya, ketan dibungkus daun pisang yang sudah dibentuk menyerupai kerucut.
Bungkusan yang telah 'dikunci' dengan tusuk gigi lalu dimasukkan ke air mendidih. Untuk ketan putih biasanya butuh waktu 1,5 jam untuk matang. Namun untuk ketan hitam durasi merebusnya terpaut 30 menit lebih lama.
Tak cukup sampai di situ, lupis yang sudah matang masih harus didiamkan semalaman. Ini untuk mendapatkan tekstur ketan yang lembut sekaligus tahan lama. Pagi harinya barulah lupis dikemas. Tentu setelah dicampur bumbu berupa kelapa parut dan gula cair.
![]() |
Lupis Rasa dijual dengan harga sangat terjangkau. Untuk varian berisi 3 potong ketan putih dibanderol Rp 6.500. Sedangkan untuk varian campuran berisi dua potong ketan putih dan sepotong ketan hitam dijual seharga Rp 7.500.
Buat pencinta kuliner tradisional, saatnya mencoba sensasi lupis khas Kota 1001 Gua. Tentu saja sekalian pelesir ke obyek wisata yang ada. Tapi jangan lupa, biar tak kehabisan sebaiknya pesan dulu. Pesanan bisa dilakukan via WA 087758801214.
(raf/odi)