Keunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal Harganya

Keunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal Harganya

Chuk Shatu W - detikFood
Senin, 21 Jun 2021 08:30 WIB
Keunikan Kopi Kuning Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal Harganya
Foto: Chuk Shatu W/detikFood
Bondowoso -

Melihat buah kopi dengan biji yang sudah matang berwarna merah, mungkin sudah jamak. Namun di Bondowoso, ada buah kopi yang sudah matang tapi warnanya kuning merona. Seperti apa ?


Ada dua varietas kopi dari spesies Arabika yang warnanya tampak berbeda, kuning merona hingga kuning agak kemerahan. Yakni Yellow Caturra dan Orange Bourbon. Kopi jenis ini oleh petani kopi sering disebut sebagai 'kopi kuning'.


Dua varietas ini mulai dikembangkan petani di lereng gunung Raung dan sebagian Pegunungan Ijen. Selain, beberapa varietas kopi Arabika yang sudah lebih dulu dikembangkan, misal varietas Pacas, Geisha, Tekisik, Catimor, serta Bourbon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sama seperti biji buah kopi pada umumnya, baik spesies Arabika maupun Robusta. Ketika masih muda, biji buahnya berwarna hijau. Yang membedakan, saat sudah tua menjelang dipanen buahnya bukan berwarna merah. Tapi kuning hingga agak oranyekemerahan.

Keunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal HarganyaKeunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal Harganya Foto: Chuk Shatu W/detikFood


"Kopi varietas ini sebenarnya secara ekonomi memiliki nilai tinggi, dibanding kopi arabika biasanya," ujar salah seorang petani kopi di lereng gunung Raung, Suyitno, ketika berbincang dengan detik.com di kebunnya, Minggu (20/6)2021).

ADVERTISEMENT


Hanya saja, saat ini di kalangan petani memang kurang begitu populer. Sebab, petani sudah terlanjur menanam jenis kopi Arabika seperti yang ada saat ini sejak puluhan tahun lalu.


Karenanya mereka enggan mengganti dengan kopi varietas baru itu karena harus memulai lagi dari nol, dan butuh waktu lama. Bertahun-tahun ditambah lagi biaya perawatan tinggi. Sementara tanaman kopi yang ada saat ini sudah produktif dan menghasilkan.


"Itu sebabnya kopi jenis ini masih belum begitu banyak. Meski, varietas ini sekarang sudah mulai dikembangkan petani. Karena harga jualnya memang lebih mahal, dibanding kopi arabica pada umumnya," terang Suyitno.

Keunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal HarganyaKeunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal Harganya Foto: Chuk Shatu W/detikFood


Dariberbagai informasi, Yellow Caturra merupakan varietas kopi Arabika yang kali pertama dibawa dan dikembangkan bangsa Portugis di daerah Bajawa, Flores. Konon, biji kopi berwarna kuning ini saat ini mulai langka. Di daerah asalnya, Bajawa, hanya tinggal tak lebih dari seribu pohon.


Di pasar internasional, kopi jenis ini terbilang mahal. Harganya mencapai hingga dua kali lipat harga kopi Arabika varietas lainnya. Sedangkan varietas Orange Bourbon harganya sekitar 25 persen di atas harga kopi Arabika biasanya.


Menariknya, pengembangan kopi Arabika varietas Yellow Caturra dan Orange Bourbon di lereng gunung Raung dan Ijen memiliki kelebihan tersendiri. Sebab, kopi Arabika di kawasan ini menjadi salah satu kopi yang sudah memiliki Indikasi Geografis (IG) dengan label Java Ijen-Raung.

Keunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal HarganyaKeunikan 'Kopi Kuning' Bondowoso yang Cantik Warnanya dan Mahal Harganya Foto: Chuk Shatu W/detikFood


Indikasi Geografis adalah sebuah label dan tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang atau produk. Salah satu syarat dalam penetapan IG
karenafaktor lingkungan geografis dan karakteristik
tertentu pada produk yang dihasilkan itu.


Bukan cuma itu. Kopi juga menjadi salah satuproduk di biological sites dalam Ijen Geopark yang telah diajukan ke UNESCO Global Geopark (UGG). Selain eucalyptus atau pohon berkulit warna-warni yang ada di hutan pelangi di Sumberwringin, Bondowoso.


"Kami akan terus mendorong petani kopi di lereng gunung Raung itu. Apalagi, kopi menjadi salah satu item di Ijen Geopark, yang telah diajukan ke Unesco sebagai UGG," kata Arif Setyo Raharjo, Ketua Pengurus Harian Ijen Geopark Bondowoso.




(sob/odi)

Hide Ads